Napas Perjalanan Srikandi Musik Dara Puspita

Jumat, 09 Maret 2018 - Noer Ardiansjah

SEDERETAN jam terbang ditorehkan dengan indah oleh salah satu grup kenamaan Indonesia, Dara Puspita. Grup musik perempuan yang beranggotakan Titiek Adji Rachman, Titiek Hamzah, Lies Soetisnowati Adji Rachman, dan Susy Nander itu berasal dari Surabaya.

Meski napas perjalanan band tersebut terbilang unik dan sedikit rumit, namun sepak terjangnya tak boleh diragukan. Tak hanya bermain di Asia, band yang sudah terbentuk sejak sekolah itu bahkan kerap mencicipi perjalanan di Eropa.

Pada 1968, Dara Puspita diminta tampil di hadapan anggota Kerajaan Iran. Setelah bermain di Kerajaan Iran, Dara Puspita melanjutkan lawatan ke Jerman Barat, Turki, dan Hongaria.

BACA JUGA: Suhu Politik Memanas, Dara Puspita Mengganas

Dalam setahun, Dara Puspita tampil sebanyak 250 kali di 70 kota. Dara Puspita juga kerap tampil di klub-klub malam hingga pangkalan militer Amerika Serikat di Eropa.

Selain itu, mereka juga sempat tampil di Kota London, hingga Liverpool, Inggris, di mana kota tersebut merupakan kota lahirnya The Beatles, grup musik yang dilarang di Indonesia oleh Sukarno.

Tak berhenti di Inggris, Dara Puspita bersama road manager-nya Merkl Horst, melanjutkan petualangannya ke Perancis, Belgia, Spanyol, dan Belanda.

"Kalau main di Belanda, kami main di pasar-pasar. Kami senang. Kami pernah main di London dan Liverpool. Kami juga disebut The Beatles Girls. Kami gak sangka sampai main ke sana," kata pendiri Dara Puspita, Titiek AR, seperti dikutip saat diwawancarai pengarsip Manunggal Kusuma Wardaya, Kamis, 12 Mei 2012, Groningen, Belanda.

Babak Akhir Karier Dara Puspita

Meski dalam suasana menikmati perjalanan panjang di Eropa, ternyata hal tersebut tak membuat Dara Puspita bahagia. Pasalnya, pada waktu tersebut keharmonisan mereka tengah diuji.

Di tengah puncak gemilang, sekonyong-konyong Titiek Hamzah secara tertulis menyatakan ingin mengundurkan diri dari Dara Puspita. Namun, keinginan tersebut tertahan dengan alasan rencana tur keliling Indonesia.

Setelah puas tur Asia dan Eropa, pada tahun 1971 Dara Puspita kembali ke Indonesia. Kehadiran mereka disambut dengan meriah oleh masyarakat bak ratu dunia. Rencana untuk keliling Indonesia pun mulai dipersiapkan mereka.

"Kami main di sebagian besar Indonesia, bahkan main di kota-kota kecil di Indonesia. Penonton zaman dulu tertib.
Pernah ada momen terharu, dari luar arena ada tukang becak teriak-teriak, 'Dara Puspita, ini tukang becak.' Dia kepingin masuk, tapi gak punya uang," kata Titiek.

BACA JUGA: Usai Hadapi Tekanan Pemerintah, Dara Puspita Semakin Mendunia

Pada waktu tur, kata Titiek, Dara Puspita tampil bersama band-band terkenal Indonesia lainnya. Namun, nahas rumor keretakan Dara Puspita lambat laun diketahui oleh publik.

Pada tanggal 29 Maret 1972, Dara Puspita manggung untuk terakhir kalinya di Jakarta. Pada tahun tersebut kemudian mereka pun menyatakan diri untuk bubar.

Meski Dara Puspita kini hanya tinggal nama, tapi bagi Titiek kesan selama melakukan tur dan lagu-lagu ciptaannya selalu terbayang dalam pikirannya.

"Lagu yang paling berkesan yang saya bikin adalah Surabaya. Kalau bawain Surabaya, semua orang pada tahu. Pernah kami bawain lagu Surabaya di Senayan, orang-orang pada nangis. Lagu Surabaya itu yang paling mengesankan buat saya," katanya. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan