Menguak Sisi Disabilitas Si Buta Dari Gua Hantu
Minggu, 03 Oktober 2021 -
KASRIP dan Rabin bersitegang. Mereka tak percaya buah hatinya terlahir buta. Rabin bahkan menuding suaminya sebagai biang keladi kemalangan anak lelakinya tak bisa melihat rupa mereka selamanya. "Ini semua gara-gara kamu! Kita Jadi kena kutuk. Kamu habis bunuh orang lagi!" kata Rabin memarahi sang suami lantaran berkali-kali membunuh orang tak berdosa, di dalam Si Buta Dari Gua Hantu, Volume I, Mata Malaikat. Baik Rabin juga Kasrip sama-sama menganggap memiliki anak buta sebagai aib.
Baca juga:
Di luar rumah, anak lelaki kelahiran tahun 1825 tersebut dipanggil Runtah atau di dalam bahasa Sunda berarti sampah. Ia selalu jadi bulan-bulanan teman sebayanya karena buta. "Woi picek! Melek dulu sana! Baru boleh ikutan," umpat teman-temannya disambung tawa melecehkan.
Tak sebatas hinaan, Runtah acap menerima pukulan, tendangan, hingga lemparan batu teman sepermainannya. Ia tak kuasa melawan lantaran kalah indera. Sementara, ayahnya pun sama menganggap anaknya menjadi lemah karena buta. "Kamu itu jadi orang ada gunanya enggak sih! Sampah!".

Tumbuh sebagai anak penuh rundungan di sekelilingnya, Runtah bertekad menjadi kuat agar orang melek tak meremehkannya. Ia kemudian beroleh kesaktian ilmu membedakan suara, menguasai jurus tombak, lalu mengubah sematan menjadi Mata Malaikat.
Setelah purna ilmu, ia memilih berkelana dengan tujuan utama mengirim orang melek berperilaku baik menuju surga lantaran tak pantas hidup di dunia penuh kebusukan. Namun, keputusan membunuh orang baik tersebut menimbulkan dendam kesumat pada orang akhirnya berduka.
Baca juga:
Menggali Kisah Runtah Si Mata Malaikat Serenta Kaki-Tangannya
Barda Mandrawata kehilangan ayah, calon istri dan mertua, dan saudara seperguruannya atas ulah Mata Malaikat. Barda tak mau kalah berusaha sekuat tenaga memecahkan ilmu membedakan suara meski harus membutakan matanya. Ilmu tersebut menjadi jurus ampuh satu-satunya agar Barda bisa mengalahkan Mata Malaikat.
Barda ketika sudah menyematkan diri sebagai Si Buta Dari Gua Hantu dianggap sebagai pengemis dan gembel buta. Ia malahan tak boleh membeli makan apalagi menyantap makanan di warung karena buta dan berbusana compang-camping. "Siapa sudi dengan uang bau mu itu, huss! Ayo pergi!," kata pemilik warung makan kepada Barda di dalam Si Buta Dari Gua Hantu gubahan Ganesh TH.

Bahkan, pengunjung warung memperlakukan Si Buta seperti hewan peliharaan. Seorang pengujung tiba-tiba melempar kue tepat di hadapan Si Buta. "Wei! Ayo caploklah kue itu dan menyalaklah tiga kali. Tuanmu pasti akan memberi kue lagi padamu," tuding orang tersebut disambung gelak tawa membahana.
Penggambaran masyarakat terhadap orang buta sebagai sosok cacat sehingga dianggap bagian terpisah dari kenormalan kehidupan sosial sehari-hari masyarakat tergambar secara jelas di cerita bergambar (cergam) kali pertama terbit pada tahun 1961.
Baca juga:
"Pak Ganes ingin menampilkan jagoan malah tidak sempurna," kata Gienardy Santosa, anak sulung Ganes TH, penggubah cergam Si Buta Dari Gua Hantu. Tokoh sentral di dalam cerita, lanjut lelaki biasa disapa AA Gien, baik Si Buta juga Mata Malaikat sama-sama tidak sempurna karena matanya buta.

Selain dua jago bermata buta, ada pula sosok Maung Lugai atau disebut pula Sapujagat berkaki satu atau orang umum sering sebut pengkor. Lugai pada akhirnya berkubu pada Mata Malaikat lantaran punya ambisi menghabisi Si Buta.
Pemilihan karakter jago berilmu tinggi namun tak sempurna di dalam cerita, menurut Goklas Teguh Sujiwo atau akrab disapa Oyasujiwo, Senior Editor Bumilangit Comic, justru merupakan daya pikat tersendiri.
Baca juga:
"Jadi memang menariknya Si Buta itu justru dasar filosofinya soal kesejatian. Dua-duanya (Si Buta dan Mata Malaikat) kan sama-sama buta, Lugai juga difabel di kakinya. Jadi keragaman difabel memang banyak," tuturnya.

Meski di dalam cergam masyarakat menganggap tokoh-tokoh disabilitas tersebut sebagai orang cacat secara fisik dan sosial sehingga tak pantas, sambungnya, justru pada ujung cerita orang-orang melek tersebut selain meregang nyawa, serenta mengambil petuah penting dari orang buta.
"Ketika salah satu fungsi menurun, sebetulnya sedang unggul di lain," lanjutnya.
Mata Malaikat dan Si Buta, meski kehilangan penglihatan, menerut AA Gien, malah mempunyai pendengeran sangat sensitif sehingga bisa mendeteksi gerak-gerik lawan sampai mampu mendengar suara jantun di rahim seseorang.
"Meskipun fisiknya tak sempurna, tapi ia memiliki satu talenta lebih. Entah itu pengetahuan, entah itu silatnya jago," ungkap Gien. (Sam)
Baca juga:
Kontradiktif! Mengapa Si Buta Dari 'Gua Hantu', Sementara Kontranya Mata 'Malaikat'?