Mengenang Iklan Mudik Lebaran Bikin Kangen Kampung Halaman

Jumat, 29 April 2022 - Yudi Anugrah Nugroho

SUARA musik elektronik dengan format MIDI mengantar vokal lelaki dengan latar suara sedikit bergaung membuka iklan video ajakan jangan mudik pada Lebaran masa awal pandemi.

Video musik mengusung nuansa seolah sedang berada pada pertemuan rapat daring tersebut memang terkesan cerai antara musik dan vokal. Maklum, pengisi suara di dalam video bukan penyanyi profesional.

Baca juga:

Pemprov DKI Tetap Ngotot Larang Warga Mudik Idulfitri 2021

Keenam sosok pada video musik bertajuk Nggak Mudik Asyik! melibatkan para 'pembantu' presiden, antara lain Menkominfo Johnny G Plate, Menlu Retno Marsudi, Menpora Zainudin Amali, Menaker Ida Fauziyah, Menhub Budi Karya Sumadi, dan Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko.

Iklan layanan masyarakat persembahan Indosiar, SCTV, O Channel, dan Vidio tersebut juga menyajikan video lain dengan format sama namun berisi empat kepala daerah, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa, serta Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Video berdurasi tiga puluh menit tersebut meski terkesan sederhana secara penggarapan justru memberi anjuran serius kepada Warga +62 agar tidak mudik mengingat kasus harian COVID-19 pada Lebaran 2020 masih sangat tinggi.

Hampir seluruh iklan bertema mudik di tahun tersebut mengajak masyarakat tidak mudik, berlebaran secara virtual, serta menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Dengan menonton ulang iklan bernuansa Ramadan di tahun awal pandemi, mengajak penonton kembali mengingat betapa Lebaran saat kasus COVID-19 masih tinggi begitu berat.

Baca juga:

Anies Tunggu Aturan Pemerintah Pusat soal Larangan Mudik

Kini, iklan tersebut sudah menjadi kenangan sebab tahun ini pemerintah telah memberi lampu hijau pada masyarakat melaksanakan mudik. Tradisi tahunan umat Islam Indonesia jelang Lebaran memang jadi momen penting.

Gambaran betapa pentingnya mudik bahkan tampak pada pelbagai iklan sebelum pandemi. Tak hanya penuh makna, iklan tersebut juga begitu membekas di benak Warga +62.

Salah satunya iklan Lebaran usungan Ramayan pada 2017. Dalam iklan tersebut terdapat seorang ibu tinggal bersama keluarga kecilnya. Setiap hari ibu bertingkah aneh seperti selalu menyuruh anaknya untuk berpuasa. Ternyata ingatan ibu terhenti ketika kehilangan suaminya saat bulan Ramadan pada tahun sebelumnya.

Akhirnya ibu bisa tersadar setelah berkunjung ke makam mendiang suaminya, dan semenjak itu hidup ibu berubah karena telah menyadari dirinya masih memiliki anggota keluarga lain nan amat menyayanginya.

Berikutnya ada iklan dari Prochiz di tahun 2017. Dalam iklan tersebut hadir sosok seorang asisten rumah tangga lanjut usia. Di awal vidio bibi mengabari anaknya tidak bisa mudik lebaran. Di tengah iklan dijelaskan alasan tidak mudik karena kehabisan biaya.

Akhirnya, majikan bibi berbaik hati memberikan kejutan dengan mengantarnya ke keluarganya sambil merayakan Idul Fitri bersama.

Iklan lebaran berikutnya dari PegiPegi di tahun 2018. Iklan tersebut mengisahkan tentang dua anak rantau berbeda nasib. Yang satu sangat beruntung bisa mudik lebaran dan satunya terpaksa menahan rindu karena tidak bisa mudik akibat bisnisnya gagal.

Pada akhir iklan terjadi plot twist mengharukan ketika temannya dan bapak-ibu kos telah pergi mudik, ternyata anak rantau tersebut dikejutkan dengan kedatangan ibunya ternyata diberangkatkan temannya.

Iklan terakhir usungan Djarum di tahun 2004. Dalam iklan tersebut terlihat ada seorang anak muda sedang dalam perjalanan mudik dengan mengendarai motor. Di waktu bersamaan ada tiga pengendara lain.

Di tengah adegan terlihat tiga pengedara bersikap arogan kepada anak muda tersebut, tetapi si anak muda memaafkan ketiga orang tersebut ketika bertemu kembali saat menjalankan ibadah salat Idul Fitri. Pada iklan tersebut diakhiri dengan kutipan menyejukan hati “Jernikan hati untuk Kembali ke fitri”.

Iklan-iklan tersebut tentu jadi kenangan banyak orang tentang mudik Lebaran. Setiap tahunnya, masing-masing orang punya kenangan dengan mudik. Dengan mengingat iklan-iklan monumental di masa lalu paling tidak bisa sedikit membuka memori suka dan duka saat mudik di masa sebelum pandemi. (Ref)

Baca juga:

Alasan Pemerintah Perpanjang Pengetatan Masa Larangan Mudik

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan