Membidik Merchant Sampai ke Pelosok

Rabu, 25 September 2019 - P Suryo R

PERKEMBANGAN fintech di Indonesia semakin dinamis. Tak hanya berorientasi pada konsumen, mereka pun concern untuk mengembangkan perekonomian yang inklusif. Hal tersebut berdampak besar pada perekonomian inklusif di Indonesia.

Anggota Komisaris Otoritas Jasa Keuangan, Nurhaida menuturkan sejak 2017 hingga kini inklusi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis. Itu membuat Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara dengan model ekonomi inklusif terbaik di Asia Pasifik.

Baca Juga:

Tidak Bersaing, Fintech di Indonesia Saling Kolaborasi

ceo linkaja
CEO LinkAja, Danu Wicaksana, memilih merchants yang letaknya di pelosok. (Foto: MP/Ifitinavia Pradinantia)

Salah satu pengembang fintech yang cukup fokus dan berpihak pada ekonomi inklusif adalah LinkAja.
Alih-alih memperluas jaringan dengan kerjasama bersama merchants ternama, mereka justru memilih merchants yang letaknya di pelosok.

"Kami mencoba menyasar market yang lebih layak dan less crowded. Untuk apa saya menyasar merchants yang memang sudah banyak dibidik dan sering memberi diskon. Tanpa intervensi pun mereka sudah punya peminat," tutur CEO LinkAja, Danu Wicaksana.

Sebagai pengembang fintech, Danu melihat pentingnya menjangkau masyarakat yang tinggal di pinggiran.
Hal tersebut ia lakukan setelah melewati sejumlah pertimbangan penting.

"Saya melihat apa sih misi dari share holder kita? Apa sih misi pemerintah? Oh ternyata market-market di rural area, penyaluran bansos, LPG 3 kilo belum ada yang mengerjakan. Kami putuskan untuk main di area itu," terang Danu ditemui di acara Fintech Summit and Expo 2019, Selasa (24/9).

Baca Juga:

Tiga Faktor Ini Hambat Pemerataan Digital Payment di Indonesia

cahsless
Transaksi saat ini diarahkan ke non tunai. (Foto: Pexels/bruce mars)

Salah satu langkah konkret yang coba dilakukan ia adalah dengan bekerjasama dengan Pertamina. Ia pun kerja sama dengan Pertamina supaya nanti orang-orang yang membeli Premium memang orang-orang yang layak.

"Nanti diidentifikasi dengan sistem kita. Kalau konsumen tidak masuk kategori yang sudah kita tentukan, dia tidak bisa membeli Premium," terangnya

Ia menilai cara tersebut tak hanya memperluas jaringan atau meningkatkan konsumen tetapi juga membantu subsidi pemerintah agat tepat sasaran. "Kami ingin membuat real impact to the coutry. Kami ingin memberi dampak bagi seluruh rakyat Indonesia," harapnya.

"Program pemerintah itu banyak sekali. Nilainya mencapai triliunan. Tugas kami adalah bagaimana uang itu sampai ke orang yang tepat", tukasnya. (avia)

Baca Juga:

Sulitnya Jadi Generasi 'Sandwich', Begini Jalan Keluarnya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan