Melihat Budaya Irlandia dari Perspektif Pameran Seni 'Mata Irlandia 2025'

Kamis, 20 Maret 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Seni bisa menjadi salah satu cara mengetahui budaya suatu negara, oleh karenahnya ISA Art and Design bekerja sama dengan Kedutaan Besar Irlandia untuk Indonesia dan PT Jakarta Land, dengan bangga kembali menghadirkan Mata Irlandia.

Sebuah rangkaian pameran seni kontemporer yang sangat dinanti. Memasuki episode keempat, pameran menarik ini telah membawa perspektif seni modern Irlandia ke Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya sejak 2022.

Pameran terbarunya akan digelar di area lobi World Trade Centre 2 di Jakarta Pusat pada 17 Maret hingga 11 April 2025.

Mata Irlandia 2025 menelusuri lanskap sosial dan budaya Irlandia kontemporer, di mana identitas yang saling bersinggungan membentuk topografi dinamis.

Baca juga:

Academy Museum of Motion Pictures Gelar Pameran Besar Tampilkan Perjalanan Sinematik Bong Joon-ho

Pameran ini mempertemukan enam seniman Irlandia, yaitu Isobel McCarthy, Olivia Normile, Mary Sullivan, Aaron Sunderland Carey, serta duo Electronic Sheep (Brenda Aherne dan Helen Delany).

Melalui karya-karya mereka yang ditampilkan, pameran ini mengeksplorasi pertentangan antara tradisi dan modernitas serta pengalaman hidup di Irlandia di masa kini, baik dalam konteks urban maupun rural, individu maupun kolektif; dari pulau-pulau terpencil di Atlantik hingga denyut energi kota Dublin.

Melalui narasi tentang migrasi, warisan leluhur, serta kompleksitas globalisasi, pameran ini menyoroti Irlandia bukan sebagai entitas yang statis, melainkan sebagai sebuah entitas yang hidup, kemudian terus berkembang dan dibentuk oleh perubahan sosial serta lingkungan.

Baca juga:

Kunjungi Pameran Seni Bill Mohdor Studio, Rano Karno Ingin Kerja Sama di Bidang Ekonomi Kreatif Meningkat

Tajuk Mata Irlandia/Ireland’s Eye menawarkan dua perspektif melalui lensa orang dalam dan orang luar, penduduk asli dan pengamat.

Membawa Ireland’s Eye, pulau tak berpenghuni di lepas pantai utara Dublin, yang secara historis menjadi tempat perlindungan dan pengamatan sunyi, sekaligus sebagai metafora ‘mata’ yang mengamati, mencatat, dan menafsirkan. (Far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan