Melacak Jejak Kesultanan Banten di Museum Nasional Banten
Minggu, 28 Februari 2016 -
MerahPutih Budaya- Kesultanan Banten yang berdaulat jatuh ke tangan Belanda sejak Herman Willem Daendels menyerang Keraton Surosowan yang berlangsung selama kurun waktu tahun 1809 - 1832. Gedung-gedung dihancurkan, lantai ubinnya dipindahkan ke gedung pemerintahan Belanda di Serang. Salah satunya, adalah kawasan yang kini menjadi Museum Nasional Banten.
Bangunan yang dibangun pada tahun 1814 ini terletak di ujung Jalan Veteran tepat di samping Pendopo Kabupaten Serang ini, digunakan pertama kali oleh J de Bruijn, Residen yang menjabat sejak 1817-1818, menjadi simbol kekuasaan Kerajaan Belanda di tanah para jawara yang berakhir di tangan Mr WH Courts ketika tentara Jepang dibawah komando Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di teluk Banten, tepatnya diantara Merak dan Bojonegara pada 1 Maret 1942.
Jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1942, Banten tetap berbentuk Karesidenan, hanya saja mengikuti sistem Kekaisaran Jepang. Orang Jepang yang menduduki posisi Residen Banten adalah Let Kol Onokuchi Sjuutyokan dan berakhir di tangan Ban Joykijosji pada tahun 1945.
Kesultanan Banten runtuh, kemudian Banten tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Residen dijabat oleh Mas Tirtasujatna pada tahun 1945 dan tak lama kemudian, pada tahun yang sama sampai tahun 1950 dipercayakan kepada KH. Tb. Achmad Khotib yang merupakan anggota Partai Komunis Indonesi (PKI).
Menurut Sejarawan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Hendri Inaeni, pada era kolonial belanda, hanya PKI organisasi yang berani memberontak terhadap pemerintahan kolonial tepatnya pada tahun 1926, banyak Kiai dalam tubuh organisasi komunis banten dua diantaranya adalah Brigjen KH Syam'un dan KH.Achmad Khotib. Keduanya adalah orang dari 1.300 pemberontak yang ditangkap, dan merupakan satu dari 99 orang yang diasingkan ke Boven Digul (Papua) dan baru kembali ke Banten pada tahun 1940.
Sementara, berdasarkan catatan Sejarawan Bantenologi, Mufti Ali Ph.D, KH.Achmad Khotib tercatat sebagai Residen, dan Brigjen KH. Syam'un tercatat sebagi Bupati Serang, yang gedungnya tepat bersebelahan dengan Karesidenan Banten.
Sebelumnya, Pada awal tahun 2015, budayawan dan seniman mewacanakan Eks Karesidenan peninggalan kolonial tersebut dijadikan kawasan Taman Budaya. Dewan Kesenian Baten menghadap Gubernur Banten Rano Karno, menyampaikan hal tersebut.
Gubernur menyambut dengan hangat keinginan tersebut, bahkan telah meminta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, Opar Sochari, untuk menjadikan rumah dinas gubernur yang dibangun tepat di belakang bangunan Eks Karesidenan dijadikan galeri untuk pameran dan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan.(ctr)
BACA JUGA: