Masjid Pathok Negoro Dongkelan dari Tahun ke Tahun
Selasa, 12 April 2016 -
MerahPutih Budaya - Masjid Dongkelan termasuk salah satu masjid pathok negoro di bawah naungan Keraton Yogyakarta. Masjid inilah yang memiliki dinamika sejarah tertinggi dibandingkan masjid-masjid pathok negoro lainnya.
Bukan hanya sejarah dari sisi Keraton Yogyakarta semata, melainkan juga dari dinamika penjajahan Belanda. Masjid Dongkelan pernah dibakar Belanda karena kekejiannya.
Di bawah tahta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Masjid Pathok Negoro Dongkelan dibangun pada tahun 1775. Namun, masjid dibakar Belanda saat terjadi perang Diponegoro, tahun 1825. Akibatnya, bangunan masjid rusak parah. Pada 1901, masjid dibangun kembali oleh KH Muhammad Imam. Tepatnya di era kepemimpinan Sri Sultan HB VII.
Bangunan masjid berada di atas lahan seluas 1.000 meter persegi. Sementara fisik bangunannya hanya menggunakan lahan seluas 100 meter persegi. Bangunannya terbagi atas dua, yakni bagian utama dan serambi bangunan. Bangunan utamanya seluas 10 meter x 10 meter. Sementara serambinya bswluas 7 x 14 meter.
(Masjid Pathok Negoro Dongkelan. Foto MerahPutih/Fredy Wansyah)
Tahun-tahun berikutnya, Masjid Pathok Negoro Dongkelan mengalami banyak renovasi. Di antaranya tahun 1948, 1972, 1985, dan 2002.
Dalam sejarah keraton Yogyakarta, pembangunan Masjid Pathok Negoro Dongkelan dipersembahkan untuk Kyai Syihabudin atau Syeh Abudin. Ia merupakan orang penting yang membantu Sri Sultan HB I dalam pegolakannya dengan Raden Mas Said.
Keraton Yogyakarta memiliki lima buah masjid pathok nagoro yaitu masjid kagungan dalem di wilayah nagaragung. Mengutip kebudayaan.kemendikbud.go.id, selain berfungsi religius, masjid-masjid ini juga berfungsi sebagai tempat pertahanan rakyat. Berangkat dari arti kata "pathok nagoro", maka masjid tersebut juga berfungsi sebagai tanda kekuasaan raja. (Fre)
BACA JUGA: