Makna Kepemimpinan dalam Lagu "Gundul-gundul Pacul"

Kamis, 03 Maret 2016 - Ana Amalia

MerahPutih Budaya - 'Gundul-gundul Pacul' dikenal sebagai lagu daerah khas Jawa Tengah yang sering dinyanyikan sebagai lagu anak-anak, tapi tahukah Anda jika lagu daerah yang satu ini memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi?

'Gundul-gundul Pacul' adalah salah satu lagu daerah yang ditulis oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an, Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Jika didengar lagu ini sangat ceria dengan iringan musik penuh kegembiraan, tapi ternyata 'Gundul-gundul Pacul' adalah lagu nasehat dari sang Wali bagi para pemimpin Jawa untuk mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

Arti Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul ("empat yang lepas"), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.

Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Gembelengan artinya "besar kepala, sombong, dan bermain-main" dalam menggunakan kehormatannya.
Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan
Nyunggi wakul' (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan)

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.

Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).

Berikut Lirik dan terjemahannya:

Gundhul gundhul pacul cul
gembèlengan
Nyunggi nyunggi wakul kul
gembèlengan
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar

Gundul gundul cangkul, sembrono
Membawa bakul (di atas kepala) dengan sembrono
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman

 

BACA JUGA:

  1. Misteri di Balik Lagu 'Lingsir Wengi', Tembang Pemanggil Kuntilanak
  2. Pantai Cihara Sensasi Deburan Ombak Laut Selatan Banten
  3. Pantai Suka Hujan Objek Wisata Sunyi di Selatan Banten
  4. Pantai Binuangeun Kawasan Para Pemancing di Banten
  5. Yuk Liburan Seru dan Murah ke Pantai Bagedur Banten
  6. Keraton Kaibon Persembahan Buat Ibunda Sultan Banten

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan