Kotoran Telinga Bisa Ungkap Tingkat Stresmu
Minggu, 08 November 2020 -
APAKAH kamu salah satu orang yang gampang stres karena kerjaan yang numpuk atau sering overthinking? Nah, tingkat stres ternyata bisa diukur melalui kotoran telinga lho. Ini merupakan cara sederhana dan murah untuk melacak kesehatan mental orang yang mengalami depresi dan cemas.
Hal ini terungkap dalam sebuah studi di jurnal Heliyon pada 2 November lalu. Mengutip laman Livescience, studi tersebut dilakukan kepada 37 orang partisipan.
Para peneliti, yakni Andres Herane-Vives dan koleganya di University College London’s Institute of Cognitive Neuroscience and Institute of Pscyhiatry menemukan, kortisol lebih terkonsentrasi di kotoran telinga daripada di rambut sehingga lebih mudah untuk dianalisis.
Baca juga:

Kortisol adalah hormon penting yang melonjak saat seseorang stres dan menurun saat mereka rileks. Dalam jangka pendek, hormon bertanggung jawab atas respopns “lawan atau lari”, jadi penting untuk kelangsungan hidup. Hormon ini seringkali meningkat secara konsisten pada orang yang mengalami depresi dan cemas.
Menurut peneliti, kotoran telinga stabil dan tahan terhadap kontaminasi bakteri, sehingga dapat dikirim ke laboratorium dengan mudah untuk dianalisis. Selain itu, kotoran telinga juga dapat menyimpan catatan tingkat kortisol selama berminggu-minggu.
Di sisi lain, teknik usap atau swab yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan kotoran telinga menurut para partisipan jauh lebih nyaman dari metode lain. Sebenarnya, selain kotoran teringa, metode pemeriksaan kortisol bisa juga melalui air liur, darah, dan rambut.
Namun, sampel air liur dan darah hanya menangkap sesaat dan kortisol berfluktuasi secara signifikan sepanjang hari.
Baca juga:

Bahkan pengalaman berhadapan dengan jarum suntik untuk mengambil darah dapat meningkatkan stres dan dengan demikian meningkatkan kadar kortisol.
Sementara jika menggunakan sampel rambut, memang dapat memberikan gambaran singkat tentang kortisol selama beberapa bulan tetapi analisis rambut tergolong mahal.
Pemeriksaan melalui kotoran telinga sendiri sebelumnya juga menyakitkan karena melibatkan jarum suntik. Untuk itulah Herane-Vives dan rekan-rekannya mengembangkan swab yang jika digunakan tidak akan lebih membuat stres.
Ke depannya, mereka berharap kotoran telinga juga bisa digunakan untk memantau hormon lain.
Para peneliti juga perlu menindaklanjuti penelitian terhadap orang-orang Asia, yang tidak disertakan dalam studi percontohan ini akrena sebagian mereka menghasilkan kotoran telinga yang kering, bukan kotoran telinga yang basah. (and)
Baca juga: