Korban Meninggal Banjir Bandang dan Longsor di Sumatra Tembus 969 Orang, Infrastruktur Rusak Parah

Kamis, 11 Desember 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Korban meninggal akibat bencana alam di Sumatra terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat hingga Kamis (11/12) pagi mencapai 969 orang. Sebanyak 252 orang masih dinyatakan hilang, sementara lebih dari 5.000 warga mengalami luka-luka.

BNPB juga melaporkan bahwa jumlah rumah yang rusak akibat bencana tersebut telah mencapai 158.000 unit. Selain itu, banjir bandang dan longsor turut merusak 1.200 fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 581 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung perkantoran, serta 498 jembatan yang putus atau tidak lagi berfungsi.

Baca juga:

18 Daerah Masih Belum Aman, Status Tanggap Darurat Bencana di Sumut Diperpanjang

TNI Diperintahkan Percepat Pembangunan Jembatan Bailey Dalam Satu Pekan di Daerah Bencana

Aceh menjadi provinsi dengan jumlah korban meninggal dunia tertinggi, yakni 391 orang, sementara 31 lainnya masih hilang. Banyak wilayah di provinsi tersebut terisolasi akibat jembatan putus dan akses darat yang belum dapat dilalui.

Di Sumatera Utara, BNPB melaporkan 338 korban meninggal dan 138 orang hilang. Banjir bandang yang terjadi secara tiba-tiba di sejumlah daerah menyulitkan proses evakuasi warga. Sumatera Barat juga mengalami dampak signifikan dengan 238 korban meninggal dan 93 orang hilang.

Di tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Agam di Sumatera Barat mencatat jumlah korban meninggal dunia terbanyak, yakni 181 orang. Disusul Aceh Utara dengan 138 korban meninggal, dan Tapanuli Tengah dengan 110 korban meninggal.

Baca juga:

Listrik di Sumatra masih Padam, Legislator Desak Pemerintah Percepat Pemulihan

Polisi Naikkan Temuan Kayu Gelondongan Saat Banjir Sumatera ke Penyidikan

Jumlah korban banjir bandang dan longsor di Sumatra diperkirakan masih dapat bertambah seiring proses pencarian yang terus dilakukan oleh tim SAR gabungan, TNI/Polri, relawan, dan masyarakat.

Seperti diketahui, curah hujan ekstrem di wilayah Sumatra dipicu oleh dinamika atmosfer global yang bertemu dengan kerentanan ekologis akibat praktik degradasi hutan atau deforestasi di kawasan hulu.

Banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya menelan korban jiwa dalam jumlah besar dan menyebabkan kerugian materiil signifikan, tetapi juga menegaskan adanya krisis hubungan fundamental antara manusia modern dengan alam. (Knu)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan