Ketua MPR: Kondisi Global Saat Ini Semakin Tidak Menentu

Selasa, 16 Agustus 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR dalam Rangka Laporan Kinerja Lembaga-Lembaga Negara di Gedung DPR, Selasa (16/8).

Dalam pidatonya, Bamsoet mengatakan bahwa kondisi global saat ini semakin tidak menentu. Semua negara sedang berupaya keras memulihkan ekonomi, pasca-COVID-19, namun terganggu oleh fase ini dinamika global.

Dinamika global yang dimaksud seperti konflik Rusia-Ukraina, perang dagang dan teknologi Amerika Serikat-Tiongkok, ketegangan baru di Selat Taiwan, serta disrupsi rantai pasok yang berimplikasi pada fluktuasi harga komoditas pangan dan energi.

Baca Juga:

Puan Kenakan Kebaya Kutubaru dan Batik Motif Semen Rama

Peduli dengan dinamika global ini, Presiden Jokowi harus turun tangan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

"Misi perdamaian Presiden, dengan mengunjungi Ukraina dan Rusia beberapa waktu yang lalu, patut kita berikan apresiasi yang setinggi-tingginya," kata Bamsoet, Selasa (16/8).

Menurut Bamsoet, perang dengan alasan apa pun, selalu membawa petaka, kehancuran, dan kesengsaraan. Menghancurkan peradaban, yang telah dibangun berabad-abad lamanya. Membawa krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, krisis pangan, dan krisis energi.

Lebih lanjut, menurut Badan Pengungsi PBB, UNHCR, dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak pasukan Rusia memulai perang di Ukraina, sebanyak 5 juta warga Ukraina telah meninggalkan negara mereka. Warga Ukraina kini merupakan kelompok pengungsi kedua terbesar di dunia, setelah pengungsi Suriah yang jumlahnya mencapai 6,8 juta.

Lanjut dia, perang antara Rusia dan Ukraina juga telah menyebabkan sekitar 7,1 juta warga Ukraina terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di negaranya. Jumlah tersebut merupakan jumlah populasi terbesar di dunia, yang harus kehilangan tempat tinggal mereka sendiri akibat konflik yang melanda.

"Perang di Ukraina telah memicu krisis pengungsi dan krisis kemanusiaan yang tumbuh paling cepat," ujarnya.

Baca Juga:

Jokowi Pakai Baju Adat Bangka Belitung saat Hadiri Sidang Tahunan MPR 2022

Presiden Jokowi pun mengingatkan, kata Bamsoet, bahwa ancaman krisis global kini ada di depan mata. Saat ini, sekitar 320 juta penduduk dunia berada dalam kondisi kelaparan akut. Menurut data IMF dan Bank Dunia, perekonomian
66 negara diprediksi akan bangkrut dan ambruk.

"Pelambatan dan kontraksi pertumbuhan ekonomi global,semakin diperburuk oleh tingginya kenaikan inflasi," ucapnya.

Namun berkat kesigapan pemerintah dalam menyikapi ancaman krisis, Indonesia dinilai sebagai negara dengan risiko resesi yang kecil, hanya tiga persen, sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa, yang mencapai 40 hingga 55 persen, ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20 hingga 25 persen.

"Kita tidak boleh lalai. Kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional," ungkapnya. (Asp)

Baca Juga:

2 Tahun Terakhir Ikut Virtual, SBY Kembali tak Hadiri Pidato Kenegaraan Jokowi

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan