Kementerian ESDM Berlakukan Masa Transisi Pemakaian BBM B40

Jumat, 03 Januari 2025 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Kementerian ESDM akan mengimplementasikan B40 pada tahun ini, dengan target volume B40 yang akan diproduksi, secara keseluruhan, sebanyak 15,62 juta kiloliter.

Di mana, PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan dua kilang utama untuk mendukung produksi B40, yaitu Refinery Unit III Plaju di Palembang dan Refinery Unit VII Kasim di Papua. Pencampuran bahan bakar solar dengan BBN akan dilakukan PT Pertamina Patra Niaga.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan regulasi terkait penerapan program bahan bakar campuran biodiesel 40 persen (B40) dapat selesai pada pekan ini.

"Ya, mudah-mudahan itu (keputusan menteri) minggu ini selesai," ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung.

Baca juga:

Petani Sawit Swadaya Harus Rasakan Dampak Implementasi B40

Yuliot mengatakan, regulasi berupa keputusan menteri tersebut sedang dalam tahap konsolidasi setelah melakukan pengecekan di lapangan beberapa hari menjelang perayaan Tahun Baru 2025.

Biodiesel B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebanyak 40 persen.

Saat ini, Yuliot mengatakan pelaksanaan program B40 masih berada dalam tahap transisi.

"B40 ini baru regulasinya, penetapannya yang baru sudah kami tetapkan, dan nanti dalam pelaksanaannya masih ada transisi," katanya.

Pemerintah terus mempersiapkan implementasi program B40 pada 2025 sebagai bagian dari upaya mencapai ketahanan energi, sekaligus mendukung Indonesia hijau dan berkelanjutan.

Ia menegaskan, langkah ini sejalan dengan Astacita Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan ketahanan pangan dan energi sebagai prioritas nasional.

Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) berharap, implementasi B40 bisa mendorong harga Tanda Buah Segar (TBS) di tingkat petani bisa meningkat. Selain itu, secara nyata berdampak pada kesejahteraan petani swadaya.

"Dengan implementasi B40 ini, petani sawit swadaya juga harus merasakan dampaknya. Bahkan, rantai pasok idealnya melibatkan TBS dari petani sawit swadaya berkelanjutan," ungkap Kepala Sekretariat FORTASBI Rukaiyah Rafik dalam keteranganya, Kamis, 2 Januari 2025. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan