Jakarta SOLID Konsisten Perkuat Urgensi Keamanan Digital Perempuan dan Anak
Senin, 22 Agustus 2022 -
DINAS Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menggelar webinar Jakarta SOLID (Sadar Olah Literasi Digital) kelima bersama JakWiFi. Webinar tersebut mengusung tema Aman berinternet untuk perempuan dan anak.
Tema tersebut diangkat karena terdapat peningkatan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) di Indonesia sepanjang 2021. Berdasarkan data Komnas Perempuan tercatat adanya peningkatan kasus KBGO di 2021 sebanyak 1.721 kasus atau naik 83 persen jika dibandingkan dengan pada 2020, yaitu sebanyak 940 kasus.
Baca Juga:
Pentingnya Sinergi Pemerintah dan Industri Musik untuk Dorong Teknologi Digital
"Sejumlah hal tersebut menyebabkan efek traumatis pada korban hingga berujung depresi, kehilangan harga diri, hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri," kata Kepala Bidang Jaringan dan Komunikasi Data Diskominfotik Provinsi DKI Jakarta, yang mewakili Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Aditia Prana Kusuma, dikutip Jakarta.go.id.

Acara tersebut menghadirkan dua narasumber yang merupakan pengamat serta praktisi tren digital nasional, yakni Ellen Kusuma selaku Kasubdiv Digital At-Risk SAFENet dan Yosi Mokalu selaku Ketua Siberkreasi.
Saat ini, berbagai perkembangan digital tanpa disadari telah mengubah pola interaksi manusia. Selain itu, hal-hal negatif seperti tren kriminalitas, pelecehan, hoaks, dan perundungan digital juga merupakan masalah yang perlu ditangani.
Ellen Kusuma menuturkan tren dunia digital erat kaitannya dengan privasi dan data. Karena itu, dibutuhkan kewaspadaan dalam berinteraksi di dunia digital. Kewaspadaan itu merupakan bekal utama setiap orang sebelum terjun ke dunia digital.
"Jejak digital bisa dibuat juga oleh orang lain. Contohnya, tren media sosial orang merekam orang lain tanpa seizin orang tersebut dan konsekuensinya akan memiliki jejak digital yang tidak tahu ada jejak seperti itu," jelas Ellen.
Tren KGBO didasari pada satu motif dasar utama, yakni adanya stigma dari masyarakat untuk melihat peran sosial dari gender yang berbeda, serta normalisasi kondisi tertentu untuk didiskriminasi.
Ellen mengatakan, kekerasan berbasis gender online merupakan bentuk kekerasan yang didasari hanya karena konstruksi sosial gender seseorang. "Kekerasan berbasis gender condong terjadi hanya karena gender-nya. Karena adanya pandangan di masyarakat bahwa orang tertentu layak untuk dilecehkan," ujarnya.
Tidak hanya bentuk sosialisasi secara konvensional tentang adanya perkembangan kultur masyarakat, pemahan digital menjadi kunci. Khususnya melihat semakin bergesernya tren interaksi masyakart dari konvesional menuju digital.
Sementara itu, Yosi Mokalu menjelaskan perubahan pola interaksi masyarakat menuju ruang digital merupakan sebuah keniscayaan yang membutuhkan adaptasi tinggi. "Kita semua sedang beradaptasi ke digital world. Indonesia menuju pembentukkan masyarakat digital. Selain satu tanah air, kini yang baru yakni satu ruang digital," ujar Yossy.
Baca Juga:
Penggunaan Teknologi Harus Diimbangi Literasi Digital yang Mumpuni

Menurut Yosi, kewaspadaan digital nasional masih belum merata dan harus ditingkatkan. Sejumlah generasi, khususnya generasi muda seperti gen Z dan millennial, merupakan digital native. Namun, generasi pendahulunya, seperti baby boomers dan gen X, merupakan digital immigrant yang masih membutuhkan pemahan dan literasi digital lebih daripada generasi setelahnya.
"Banyak masalah digital yang terjadi di keluarga karena kita semua masih berada dalam masalah yang sama. Setidaknya kita bisa mengetahui pilar dari literasi digital, yaitu digital culture, digital ethics, dan digital skills," tambah Yosi.
Yosi menekankan pentingnya pemahaman literasi digital sebagai bagian vital untuk berinteraksi di dunia digital. Melalui gelaran tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuktikan komitmennya untuk terus melayani publik melalui pembekalan seputar pentingnya literasi digital di masyarakat khususnya bagi anak-anak dan perempuan. (Ryn)
Baca Juga:
Cegah Hoaks di Masyarakat, Kominfo Gencarkan Literasi Digital