Fenomena 'KK Tumpang': Ancaman Ledakan Penduduk dan Beban Sosial Jakarta
Senin, 14 April 2025 -
Merahputih.com - Pengamat tata kota, Yayat Supriatna mengaku prihatin terhadap fenomena pendatang baru di Jakarta yang cenderung memanfaatkan kartu keluarga (KK) kerabat sebagai tempat tinggal, alih-alih menyewa hunian.
"Yang beratnya itu adalah dia menggunakan numpang KK. Jadi, satu KK itu bisa dipakai sampai 30 rumah tangga," kata Yayat, Senin (14/4).
Baca juga:
Pendatang Baru di Jakarta Diminta Urus Administrasi Kependudukan, Ingat Masa Tinggal Kurang 1 Tahun
Yayat juga menyoroti masalah klasik yang terus menghantui Jakarta, yaitu arus pendatang tanpa dokumen kependudukan yang lengkap.
Banyak dari mereka yang belum memiliki tempat tinggal tetap, sehingga memilih untuk tinggal sementara di rumah keluarga. Biaya hidup yang tinggi di Jakarta memperparah situasi ini, di mana 44% penduduk hidup dengan mengontrak atau menumpang.
Yayat menyayangkan mentalitas pendatang yang lebih mengandalkan bantuan sosial daripada mengembangkan keterampilan kerja.
Baca juga:
Jumlah Pendatang Diprediksi Menurun, Jakarta Sudah Tak Menarik Lagi?
Ia menegaskan bahwa harapan pada bantuan semata tidak akan membawa kesuksesan. Untuk bertahan hidup layak di Jakarta, pendatang perlu membekali diri dengan pekerjaan yang memadai dan tempat tinggal yang layak.
Data Dinas Dukcapil DKI Jakarta mencatat 1.089 pendatang baru tiba di Jakarta dalam periode 8-14 April, dengan mayoritas perempuan (573) dan laki-laki (516). Jakarta Timur menjadi tujuan utama, diikuti oleh Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu.