Enam Agensi K-Pop dengan Manajemen Terburuk
Kamis, 24 Juni 2021 -
SUDAH tidak terhitung berapa banyak yang mengangkat kisah sulitnya menjadi idola K-Pop. Namun, tidak hanya menjadi artisnya saja yang sulit, menjadi karyawan agensi tidak kalah sulitnya. Banyak staf yang bekerja dengan idola juga menderita.
Mereka harusi kerja keras dan mendapatkan sedikit pengakuan sebagai imbalannya. Lebih buruk lagi, tidak semua perusahaan diketahui memperlakukan karyawannya dengan baik. Berikut enam agensi yang kurang memperlakukan karyawannya secara baik.
Baca juga:
Berbeda Agensi dan Berbeda Karakter, Ini Manisnya Persahabatan Idola K-Pop
1. RBW

RBW merupakan rumah bagi grup seperti MAMAMOO, Purple Kiss, dan ONEUS. Agensi tersebut menerima rating 1,5 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di RBW adalah KRW 24,1 juta (sekitar Rp306,5 juta).
Dari semua aspek perusahaan, peluang promosi dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di RBW. Sementara gaji dan keseimbangan kehidupan kerja dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan.
Selain itu, 13% staf menyukai CEO Kim Jin Woo, dan hanya 3% yang melihat potensi pertumbuhan di perusahaan.
2. Pledis Entertainment

Pledis Entertainment merupakan rumah bagi grup seperti NU'EST dan SEVENTEEN. Agensi tersebut menerima rating 1,5 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di Pledis Entertainment adalah KRW 22,8 juta (sekitar Rp290 juta), menjadi yang terendah dalam daftar ini.
Dari semua aspek perusahaan, peluang promosi dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di Pledis Entertainment. Sementara keseimbangan kehidupan kerja dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan.
Selain itu, 22% staf menyukai kepemimpinan CEO Han Sung Soo, dan 15% melihat potensi pertumbuhan di perusahaan.
3. Woollim Entertainment

Woollim Entertainment merupakan rumah bagi grup seperti Golden Child, Rocket Punch, dan DRIPPIN. Agensi tersebut menerima rating keseluruhan 1,7 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di Woollim Entertainment adalah KRW 28,8 juta.
Dari semua aspek perusahaan, kesejahteraan dan gaji dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di Woollim Entertainment. Sementara keseimbangan kehidupan kerja dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan. Selain itu, 37% staf menyukai CEO Lee Joong Yeop, dan 16% melihat potensi pertumbuhan di perusahaan.
Baca juga:
4. FNC Entertainment

FNC Entertainment merupakan rumah bagi grup seperti FT Island, CNBlue, Cherry Bullet, SF9, dan P1Harmony. Agensi tersebut menerima peringkat keseluruhan 2,0 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di FNC Entertainment adalah KRW 28,7 juta.
Dari semua aspek perusahaan, peluang promosi dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di FNC Entertainment. Sementara keseimbangan kehidupan kerja dan manajemen dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan. Selain itu, 25% staf menyetujui CEO Ahn Seok Joon dan Han Seung Hoon, dan hanya 3% yang melihat potensi pertumbuhan di perusahaan.
5. Cube Entertainment

Cube Entertainment merupakan rumah bagi grup seperti (G)I-DLE, PENTAGON, dan CLC. Agensi tersebut menerima peringkat keseluruhan 2,0 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di Cube Entertainment adalah KRW 25,7 juta (sekitar Rp326,9 juta).
Dari semua aspek perusahaan, peluang promosi dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di Cube Entertainment. Sementara keseimbangan kehidupan kerja dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan. Selain itu, hanya 10% yang suka dengan CEO Ahn Woo Hyung dan Lee Dong Kwan, dan 8% melihat potensi pertumbuhan di perusahaan.
6. Yuehua Entertainment

Yuehua Entertainment merupakan rumah bagi grup seperti WJSN, yang dikelola bersama dengan Starship Entertainment, dan EVERGLOW) menerima peringkat keseluruhan 2,2 dari 5 dari karyawannya. Gaji tahunan rata-rata di Yuehua Entertainment adalah KRW 27,0 juta.
Dari semua aspek perusahaan, peluang promosi dinilai sebagai bagian terbaik dari bekerja di Yuehua Entertainment, sementara manajemen dianggap sebagai bagian terburuk dari pekerjaan tersebut. Selain itu, Hanya 9% staf yang menyetujui CEO Du Hua, tetapi 42% melihat potensi pertumbuhan di perusahaan. (avia)
Baca juga: