Digital Trend Risk Ungkap Jumlah Sumber Penipuan tiap Merek
Senin, 17 Juli 2023 -
GROUP-IB, pemimpin keamanan siber global, telah menerbitkan Digital Risk Trends Itu merupakan laporan analisis komperehensif mengendai dua ancaman siber yang paling umum, penipuan, dan phishing.
Di semua wilayah dan industri, jumlah rata-rata sumber penipuan yang menggunakan logo atau image perusahaan secara tidak resmi dan tanpa kewenangan sah meningkat 162 persen per merek. Angka itu meningkat lebih daripada dua kali lipat jika dibandingkan dengan 2022. Di kawasan Asia-Pasifik (APAC), peningkatannya bahkan lebih signifikan, dengan jumlah yang melonjak sebesar 211 persen ketimbang 2021.
Selain itu, jumlah situs web phishing yang terdeteksi oleh Digital Risk Protection Group-IB pada 2022 lebih dari tiga kali lipat daripada 2021. Temuan ini disusun berdasarkan 2022 Global State of Scams Report, yang diterbitkan oleh Global Anti Scam Alliance dan ScamAdviser, juga bekerja sama dengan Group-IB.
Seperti dalam siaran resminya, laporan tersebut mengungkapkan bahwa scam atau penipuan menyebabkan kerusakan lebih dari USD 55 miliar (sekitar Rp 825 triliun). Peristiwa itu juga sekarang dikenal sebagai scamdemic dan hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda melambat.
Baca juga:
100 Ribu Lebih Akun ChatGPT Ada di Pasar Gelap Internet
Para ahli di Group-IB menyatakan peningkatan kasus penipuan dan jumlah orang yang terlibat di dalamnya disebabkan semakin maraknya penggunaan media sosial untuk mempromosikan penipuan dan otomatisasi prosedur penipuan telah menyebabkan.
Contoh yang bisa diambil yakni skema scam-as-a-service Classiscam. Lebih dari 80 persen operasi skema tersebut sudah berbentuk otomatisasi. Scammer atau penipu sering menggunakan media sosial sebagai titik kontak pertama mereka dengan para korban.
Untuk melakukan penelitian ini, para ahli Group-IB memanfaatkan jaringan neural dan algoritme machine learning yang sudah tergabung di dalam platform Digital Risk Protection milik Group-IB. Dengan memantau jutaan sumber daya daring secara terus-menerus dan otomatis, Digital Risk Protection memberi perusahaan-perusahaan perlindungan menyeluruh dan 360 derajat terhadap risiko digital eksternal yang menyerang kekayaan intelektual dan identitas brand mereka.
Berdasarkan riset Group-IB, 57 persen dari semua kejahatan siber yang bermotivasi finansial pada 2021 berbentuk scam, melampaui phishing, ransomware, malware, dan DDoS.Scammers menggunakan media sosial lebih sering selama satu tahun terakhir untuk memulai operasi mereka. Group-IB mengungkapkan 76 persen materi scam di wilayah APAC yang menargetkan bisnis di tujuh industri inti (lembaga keuangan, bank, telekomunikasi dan media, minyak dan gas, penerbangan, asuransi, manufaktur) berasal dari media sosial.
Baca juga:
Salah satu contoh kasus scam di wilayah APAC yang baru-baru ini tersorotkan yaitu 600 akun Instagram yang telah dibajak untuk menyebarkan tautan phishing kepada korban di Indonesia.
Secara global, ketertarikan scammer pada sektor finansial telah meroket dengan sangat pesat, bisa dilihat dari sumber scam di setiap perusahaan finance yang telah meningkat sebesar 186 persen pada 2022. Peningkatan serupa juga diamati di sektor minyak and gas (112 persen) dan industri manufaktur (55 persen).
Secara total, Group-IB berhasil mendeteksi 304 persen lebih banyak sumber penipuan yang menggunakan nama dan logo merek secara tidak resmi pada 2022, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sektor keuangan adalah industri yang paling ditargetkan, karena 74,2 persen pelanggaran kekayaan intelektual, seperti penggunaan merek dagang secara ilegal, representasi yang keliru dari kemitraan merek, iklan penipuan, akun media sosial dan messenger palsu, serta aplikasi palsu menargetkan perusahaan dari vertikal ini.
Sektor lain yang paling terkena dampaknya adalah lotere (12 persen), minyak dan gas (5,3 persen) dan ritel (3,2 persen). Selain itu, keuangan dan media sosial adalah dua industri yang paling sering terkena kasus phishing. (and)
Baca juga:
AGI, Teknologi Elon Musk yang Ingin Saingi Kemampuan Otak Manusia