Detoks Teknologi, Cara Ampuh Kembalikan Ikatan Emosional dengan Anak

Jumat, 26 Oktober 2018 - Ikhsan Aryo Digdo

SUDAH tidak bisa dimungkiri lagi. Semenjak teknologi semakin maju, semakin jarang pula ada komunikasi hangat antara anggota keluarga. Semuanya sibuk dengan gawai masing-masing. Hasilnya, kemajuan teknologi yang harusnya bagus, malah mengurangi ikatan emosional anak dengan orangtua.

Memang, sekarang sudah eranya teknologi menjadi hal penting. Melakukan pembayaran saja tidak perlu menggunakan uang tunai. Semua bisa dilakukan melalui uang elektronik. Belum lagi kemajuan teknologi membuat kamu semakin mudah mencari teman dan berbincang. Ya, maksudnya media sosial.

Berbeda dengan sang anak. Biasanya mereka kecanduan dengan gim. Banyak sekali gim-gim yang tersedia di gawai. Memainkannya bisa secara daring atau non daring. Yang parah kalau secara daring. Bikin anak betah berjam-jam memainkan gawai.

Oleh karena itu, amat penting sebagai orangtua kamu mulai mengatur penggunaan perangkat berteknologi untuk anak. Caranya ialah melakukan detoks teknologi. Ya, seperti membuang 'racun' pada benda-benda yang didukung teknologi itu.

Anak lebih senang bermain gim (Foto: Pixabay/StartupStockPhotos)

"Yang perlu dikembangkan itu bukan cuma masalah teknologi. Bisa juga karakter building," kata Ajeng Raviando, Psi saat ditemui merahputih.com dalam acara peresmian Sampoerna Academy di Kawasan Sentul, Bogor, Kamis (25/10).

Menurut Ajeng, sangat penting memperkenalkan teknologi kepada anak sejak usia 3 tahun. Tapi jangan lupa, ajarkan juga pengelolaan emosi dan sosialisasi, agar anak tidak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang kaku gara-gara teknologi. "Yang sehat jadi keseimbangan untuk tumbuh kembang anak," tambahnya.

Yang sering dilupakan orangtua ialah anak tetap membutuhkan kehadiran orangtua. Bukan hanya sebagai sosok yang hanya bisa menasehati. Tapi orangtua harus hadir sebagai tumpuan anak dalam kondisi apapun. "Jadi memang harus bermain orang tua dengan anak tanpa melibatkan teknologi. Anak kan butuh pelukan dan sentuhan," imbuh Ajeng.

Menerapkan aturan detoks teknologi ini juga tidak perlu muluk-muluk. Kata Ajeng walaupun hanya dilakukan sebentar detoks teknologi akan memberikan dampak besar untuk mengembalikan ikatan emosional antara orangtua dan anak.

Liburan keluarga lebih baik jika tidak ada yang kecanduan gawai (Foto: Pixabay/Dan_Park)

Contohnya cukup memakai waktu satu jam saja di rumah tanpa adanya gangguan teknologi. Hal ini bisa diterapkan saat makan bersama keluarga. Pada momen tersebut menjadi waktu paling tepat untuk melakukan perbincangan antara sesama anggota keluarga.

Selain itu, bisa juga mensiasatinya ketika sedang berlibur. Tidak ada salahnya kalau sebuah keluarga berlibur tanpa ada yang membawa gawai. Atau setidaknya di non aktifkan. Sehingga hubungan orangtua dan anak akan semakin kuat dengan melakukan penerapan detoks teknologi itu. "Pada akhirnya walaupun di era teknologi anak tidak akan kehilangan kesempatan untuk menggali ikatan emosional dengan orangtuanya," tandasnya.

Namun, perlu diingat, boleh saja kamu melakukan detoks teknologi. Asalkan semuanya berjalan dengan efektif dan efisien. Percuma kalau melakukan detoks teknologi tapi tidak ada pembicaraan sesama anggota keluarga. Jadinya tetap sama-sama terdiam meskipun tidak ada yang disibukkan dengan gawai.

Kesimpulannya, sebagai orangtua, kamu harus tetap bisa mengendalikan situasi untuk membangun pembicaraan yang menarik antara anggota keluarga. Terutama para pria yang menjadi kepala keluarga. (ikh)

Baca juga: Haruskah Generasi Alfa Melek Teknologi Lebih Dini?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan