Daxxify, Suntikan Penghilang Kerut Wajah Alternatif Botox
Rabu, 14 September 2022 -
SEBAGIAN orang yang ingin mencegah kerutan akan segera memiliki pilihan baru. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah memberikan izin penggunaan Daxxify dalam terapi perawatan kulit. Botox untuk pertama kalinya kini harus berbagi pasar setelah beberapa dekade tanpa pesaing.
Daxxify yang dibuat oleh Revance Therapeutics Inc. di Nashville AS tersebut, disuntikkan ke wajah di sepanjang garis kerut dahi. Hasil suntikan tersebut dapat bertahan lebih lama dari Botox, dengan sekitar 80% pengguna tidak melihat atau garis wajah ringan pada empat bulan setelah injeksi. Untuk setengah dari pengguna, hasil perawatan bertahan enam bulan. Demikian pernyataan perusahaan tersebut yang diberitakan WebMD (9/9).
Baca juga:

Hasil suntikan Daxxify dapat bertahan lebih lama dari Botox. (Foto: YouTube/BusinessWire)
“Pengguna tidak harus pergi setiap tiga bulan sekali. Di dunia di mana waktu sangat penting, memiliki produk dengan faktor durasi panjang sangat berguna,” kata analis Barclays Investment Bank Dr. Balaji Prasad, spesialis yang menangani farmasi khusus kepada New York Times.
Sebagai obat baru, Daxxify sekarang memasuki industri terapi injeksi wajah yang bernilai USD 3 miliar atau sekitar Rp 44,6 triliun. Obat ini juga merupakan agen penghambat neuromuskular dan toksin botulinum, seperti Botox Abbvie.
"Ini juga membuka pintu untuk apa yang bisa kita lakukan dengan terapi. Misalnya migrain distonia serviks [kondisi neurologis yang memengaruhi otot-otot di leher dan bahu], kandung kemih yang terlalu aktif, ada peluang medis yang sangat besar juga," kata CEO Revance Mark Foley kepada Times.
Dia menambahkan, perusahaannya telah mulai menguji obat pada masalah medis lainnya. Ketika perusahaan itu mencoba menciptakan produk yang tidak membutuhkan jarum, pihaknya malah menemukan cara untuk menggunakan teknologi peptida dalam menjaga produk tetap stabil. Biasanya yang digunakan adalah protein hewani atau serum manusia.
Baca juga:

Botox juga digunakan untuk lebih dari sekedar kerutan. Ini telah menjadi pengobatan yang disetujui FDA untuk migrain kronis sejak 2010.
Pengguna Daxxify dalam studi Revance termasuk beberapa yang mengalami efek samping. Sekitar 2 persen orang mengalami kelopak mata terkulai, sementara sekitar 6 persen mengalami sakit kepala, kata perusahaan itu.
Sementara untuk perawatan akibat racun dapat membawa potensi efek samping lain, seperti kelemahan otot secara umum atau kesulitan bernapas, demikian FDA memperingatkan. Namun, peserta studi Daxxify tidak menunjukkan gejala tersebut.
Revance awalnya mengharapkan persetujuan produknya pada November 2020, tetapi rencana itu ditunda karena pembatasan sosial selama pandemi. Pemeriksaan yang akhirnya dilakukan pada Juni 2021 menemukan masalah pada proses kontrol kualitas dan bank sel kerja perusahaan, yang mengandung bahan aktif obat. Saat ini kekhawatiran itu telah diselesaikan. (aru)
Baca juga: