BMKG Ramal Iklim 2026 Lebih Adem dan Kalem: La Nina Lemah Pamit di Bulan Maret, Iklim Global Kembali Waras?

Selasa, 23 Desember 2025 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan kabar baik mengenai proyeksi cuaca untuk tahun mendatang.

Kondisi iklim di Indonesia pada tahun 2026 diprediksi akan jauh lebih tenang dan tidak akan menunjukkan anomali ekstrem seperti yang dirasakan pada tahun 2024 silam, di mana suhu tinggi sempat mendominasi wilayah tanah air.

“Prediksi kami menunjukkan bahwa setelah Maret 2026, kondisi iklim global akan kembali ke fase netral dan bertahan hingga akhir tahun,” kata Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, Selasa (23/12).

Baca juga:

BMKG Prediksi Perayaan Natal 2025 akan Diwarnai Hujan Deras di Jabodetabek dan Wilayah Lain

Berakhirnya La Nina dan Normalisasi Suhu Udara

Kondisi yang lebih bersahabat ini didorong oleh melemahnya fenomena La Nina yang diperkirakan tuntas pada kuartal pertama tahun 2026.

Berdasarkan data BMKG, suhu udara rata-rata nasional akan berada di angka 25 hingga 29 derajat Celsius. Angka ini dinilai masih berada dalam batasan normal secara klimatologis, sehingga potensi terjadinya gelombang panas atau cuaca ekstrem berkepanjangan jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Stabilitas ini juga didukung oleh kondisi perairan di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang cenderung tenang.

Dalam menyusun draf prakiraan ini, BMKG memanfaatkan teknologi canggih berupa kombinasi pemodelan fisika atmosfer serta integrasi kecerdasan buatan (AI) untuk akurasi data yang lebih tinggi.

Baca juga:

Prakiraan Cuaca BMKG Minggu (21/12): Jakarta Dikepung Awan Tebal Pagi Ini, Siang Hingga Sore Giguyur Hujan

Himbauan Pemanfaatan Data bagi Perencanaan Wilayah

Meskipun kondisi diprediksi membaik, BMKG tetap meminta seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk tidak lengah.

Data iklim ini seharusnya menjadi acuan utama dalam menyusun strategi di berbagai sektor krusial, mulai dari pengaturan tata ruang, mitigasi bencana, hingga penentuan masa tanam bagi para petani di berbagai daerah.

“BMKG mengimbau pemerintah dan masyarakat tetap memanfaatkan informasi iklim ini sebagai dasar perencanaan sektor pertanian, kebencanaan, dan tata ruang wilayah,” tandasnya.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan