Bedug, Alat Pengumpul Warga
Minggu, 05 Juli 2015 -
MerahPutih Budaya - Bedug bermula dari tradisi masa lalu yang tak memiliki alat canggih seperti mikropon saat ini. Warga yang ingin melakukan aktivitas bersama pada masa itu hanya memanfaatkan bedug sebagai alat pembantu. Kala itu, bedug digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan warga.
Di era Majapahit, kegunaan bedug seperti itu biasa digunakan. Hal ini tertuang di dalam Kidung Malat, pupuh XLIX. Terkait keberadaan Majapahit itu, bedug digunakan untuk mengumpulkan masyarakat dari berbagai penjuru sebelum waktu berperang. “Karena Kidung Malat menyebut bedug dan teg-teg, maka keduanya tentu berlainan. Teg-teg sejenis genderang dengan ukuran lebih besar daripada bedug,” tulis Dwi Cahyono, dalam “Waditra Bedug dalam Tradisi Jawa, seperti dinukil dari Historia, Minggu (5/7).
Peran bedug mulai bergeser dan mulai akrab dengan Islam saat seorang Muslim dari luar Nusantara datang ke Pulau Jawa. Dia adalah Cheng Ho. Saat itu Cheng Ho menggunakan bedug sebagai pemberi tanda bagi pasukannya. Suara bedug menandakan agar pasukan Cheng Ho segera berkumpul dan baris-berbaris. Pada saat itulah, konon pemimpin daerah yang dikunjungi Cheng Ho, yakni Semarang, juga memanfaatkan bedug sebagai penanda dari masjid saat Cheng Ho hendak pergi.
Selanjutnya peran bedug bergeser menjadi penanda bagi umat Islam di Nusantara. Tujuannya untuk mengumpulkan umat Islam, sebagai tanda datangnya waktu salat. Fungsi bedug di masjid ini mulai marak digunakan di masa penyebaran Islam Wali Songo. Bedug berbunyi dari masjid ketika waktu-waktu salat telah tiba. Perannya tak ubahnya pengeras suara saat ini yang menandakan masuknya waktu salat.
Sisi lain sejarah bedug menyatakan, bedug ramai digunakan di daerah Banten. Bedug digunakan ketika adanya tanda-tanda bahaya. Bedug dapat berbunyi pada pagi hari, siang, sore, maupun malam hari.
"Bedug kan bermanfaat, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ini kearifan Wali Songo waktu itu, memanfaatkan bedug untuk penanda di masjid," kata budayawan Nahdlatul Ulama, Jadul Maula, kepada Merahputih.com, beberapa waktu lalu, di Yogyakarta. (fre)
Baca Juga:
Ramadan, Rejeki Bagi Penjual Bedug
Demi Baju Lebaran, Raffi Manfaatkan Libur Sekolah untuk Jualan Bedug