Azyumardi Azra, Tokoh Toleransi Peraih Gelar Kehormatan Kerajaan Inggris

Minggu, 18 September 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Insan pers Indonesia kembali kehilangan tokoh terbaiknya. Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia di Rumah Sakit Selangor, Malaysia, Minggu (18/9), sekitar pukul 11.45 WIB.

Mantan Rektor UIN Jakarta itu mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 67 tahun. Sosok yang karib disapa Prof Azra itu yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Malaysia mengalami gangguan kesehatan dalam penerbangan menuju Kuala Lumpur, lalu sempat ditangani petugas medis dan dibawa ke Rumah Sakit Serdang di Selangor.

Baca Juga:

Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Meninggal Dunia

Cendekiawan muslim itu mendapatkan undangan dari Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), semacam ICMI di Indonesia, untuk menghadiri Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang dilaksanakan di Selangor, Malaysia, pada 17 September 2022.

Prof Azra sendiri adalah mantan Rekor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada periode 1998-2006. Ia juga pernah menjadi Wartawan Panji Masyarakat (1979-1985).

Pria kelahiran Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 4 Maret 1955 mendapat predikat sebagai cendikiawan muslim Indonesia ini ternyata penerima gelar kehormatan sebagai Commander of the Order of British Empire pada tahun 2010. Dengan kata lain, Azra dianggap sebagai salah satu sosok terhormat di Inggris.

Pendidikan yang ditempuh oleh Azra sangat beragam. Setelah lulus dari IAIN Fakultas Tarbiyah di Jakarta, Azyumardi Azra melanjutkan pendidikannya ke Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah di Universitas Columbia.

Pendidikan tersebut mendapat bantuan dari beasiswa Fullbright pada tahun 1988. Azra pun memperoleh beasiswa Columbia President Fellowship pada tahun 1989 yang membuatnya berkesempatan untuk belajar di fakultas sejarah pada universitas yang sama. Dia juga mendapatkan gelar master filosofi dari Universitas Columbia pada tahun 1992

Baca Juga:

Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Jalani Perawatan di Malaysia

Selain itu, gelar doktor filosofi juga telah didapatkan melalui disertasi yang berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Disertasi tersebut telah dipublikasikan di Canberra, Honolulu, dan juga Leiden di Belanda.

Setelah kembali ke Indonesia dan mendirikan jurnal Indonesia yang bernama Studia Islamika, Azra masih sempat berkunjung ke Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies dan menjadi pengajar di St Anthony College.

Kerukunan beragama dan toleransi di Indonesia menjadi topik yang sering dibahas ayah empat orang anak ini. Azra banyak dihormati karena sosoknya merupakan akademisi, birokrat, tokoh agama, dan kemanusiaan.

Pemikirannya memberikan telah kontribusi dalam membangun hubungan baik antaragama di tingkat nasional dan internasional.

Dalam pemaparannya beberapa waktu lalu, Azra mengatakan sebagaimana agama-agama lainnya, Islam mengandung berbagai klaim eksklusif yang diyakini penganutnya yaitu kaum muslim.

Namun di samping klaim eksklusif, Islam juga memberikan penekanan khusus pada inklusivisme keagamaan yang sangat penting bagi terwujudnya toleransi umat beragama. (Knu)

Baca Juga:

Prof Azyumardi Khawatir Masa Depan Riset Redup Pasca-Peleburan ke BRIN

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan