Arsitektur Nusantara Anak Semua Bangsa

Kamis, 17 Maret 2016 - Luhung Sapto

MerahPutih Budaya - Arsitektur Kolonial yang dibangun di Nusantara memiliki sejarah panjang. Bicara soal gaya, ternyata tidak tunggal, banyak kultur yang mempengaruhi.

"Arsitektur nusantara, adalah anak semua bangsa," ujar ahli arsitektur kolonial Bambang, Eryudhawan, dalam Semiloka Sejarah Arsitektur Kolonial yang diselenggarakan Disbudpar Pemprov Banten di Museum Nasional Provinsi Banten, Jalan Brigjen KH Syam'un Kota Serang, Rabu (16/3).

Secara kultural, masing-masing daerah punya gaya sendiri, namun dipengaruhi arsitektur China, India/Hindu Klasik, Islam Klasik, dan Arsitektur Kolonial, yang muaranya pada 1914, menjadi gaya Indonesia.

Adapun arsitek modern pertama pribumi adalah Mas Abdukasam Atmowiloto, yang membangun Sasana Suka (Societeit Mangkoenagara) di Surakarta pada tahun 1918. Bangunan itu, adalah tonggak awal menuju arsitektur Indonesia.

Bambang juga menceritakan, bahwa sesepuh jurnalis tanah air Rosihan Anwar, berkumpul dengan banyak tokoh dalam peresmian gedung tersebut termasuk Tan Malaka. Rosihan Anwar, pertama kali bertemu perempuan yang dinikahinya di sana, gadis pujaannya adalah asisten Tan Malaka. (Ctr)

BACA JUGA:

  1. Pemprov Banten Gelar Semiloka Sejarah dan Arsitektur Kolonial
  2. Sambel Burog Kuliner Khas Serang Berbahan Kulit Melinjo
  3.  Yuk, Sejenak Teduhkan Hati di Gunung Santri Serang
  4. Kafe Akurasa Tempat Nobar Favorit di Kota Serang
  5. Nongkrong Berkelas Ramah Kocek di Jalan Veteran Serang

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan