Alasan Manusia Main Hati dengan Hewan Peliharaan

Selasa, 07 Februari 2023 - Ikhsan Aryo Digdo

PERNAH mendengar anekdot tentang sosok papi/puppy? Jika belum, seperti ini ceritanya. Seorang anak diberitahukan oleh ibunya bahwa sang puppy meninggal. Sang anak bersikap tak acuh. Malam pun tiba dan ayahnya pulang menyapa sang anak. Sang anak kebingungan.

“Bukannya kata mami, papi sudah meninggal?”

“Ini papi di sini. Yang meninggal itu puppy kamu, bukan papi.”

Sontak sang anak langsung menjerit dan menangis tersedu-sedu. Ia menyalah artikan anak anjing peliharaannya dengan ayahnya lantaran penyebutan puppy dan papi terdengar sama. Meski ini hanya sebuah anekdot, dalam kehidupan nyata pasti kamu juga pernah mendengar kerabat atau teman yang histeris lantaran hewan peliharaan mereka mati, bahkan tak jarang saking stres-nya berujung pada jatuh ke dalam lubang depresi.

Baca Juga:

Self Love, Cara Main Hati dengan Diri Sendiri

Beberapa dari kita telah menganggap hewan peliharaannya layaknya bagian dari keluarga. Maka dari itu, menjadi wajar bila kita bereaksi sedemikian rupa saat kehilangan hewan peliharaan. Hewan peliharaan bermain peran yang cukup penting dalam kehidupan manusia.

Tubuh mengalami perubahan oksitosin dan beta endorfin ketika membelai hewan peliharaan. (Foto: freepik/wayhomestudio)

Mengutip dari Washington Post, terdapat bukti bahwa berinteraksi atau main hati dengan peliharaan dapat mengurangi tingkat stres seseorang. Hal itu terjadi sebab tubuh kita mengalami perubahan oksitosin dan beta endorfin ketika kita membelai hewan peliharaan.

Ketertarikan kita pada hewan peliharaan bukan karena mereka berguna, atau bahkan karena mereka lucu, dan tentu saja bukan karena mereka akan membuat kita hidup lebih lama.

"Sebaliknya,memelihara hewan peliharaan adalah bagian intrinsik dari sifat manusia, yang berakar dalam pada evolusi spesies kita sendiri," tulis Jurnalis The Washington Post Karin Brulliard yang mengutip dari buku The Animals Among Us: How Pets Make Us Human gubahanJohn Bradshaw.

Baca Juga:

Cara Pencinta Otomotif Main Hati dengan Kendaraannya

Pada 2021 silam, Indonesia digegerkan dengan kisah seorang perempuan bercadar bernama Hesti Sutrisno yang memelihara 70 anjing. Salah satu kekurangan dari memelihara hewan adalah perlunya pengeluaran lebih untuk kebutuhan hewan. Hal ini juga terjadi pada Hesti. Ia harus berjualan keripik dan membuka donasi demi dapat menghidupi anjing-anjingnya.

Secara psikologis, manusia lebih berempatik pada makhluk-makhluk yang berkesan helpless. (Foto: Unsplash/Amber Kipp)

Namun, ia tak masalah menjalaninya. Seorang warga anonim mengatakan Hesti sangat berdedikasi dalam keberlangsungan hidup hewan. Ia gemar menyelamatkan anjing liar yang luntang-lantung di jalan.

Kenapa sih kita cenderung lebih sayang terhadap hewan peliharaan dibandingkan sesama manusia? Secara psikologis, manusia lebih berempatik pada makhluk-makhluk yang berkesan helpless, seperti anjing dan kucing, lansia, serta bayi/anak di bawah umur. Hal ini terjadi karena mereka membutuhkan perhatian, bantuan, dan kepedulian lebih dari kita yang berdaya.

"Peneliti menyimpulkan bahwa ini menunjukkan bahwa tingkat empati kita tidak terkait dengan spesies. Sebaliknya, itu berkaitan dengan ketidakberdayaan dan kerentanan yang dirasakan," demikian tulis laman betterhelp.

Manusia secara impulsif terdorong untuk membela hak-hak ketiganya dibandingkan membela orang dewasa karena dinilai mampu untuk melindungi diri sendiri. Jadi, jangan heran ketika kamu menyaksikan seseorang menjadi sensitif ketika mendengar kisah hewan yang mati atau disiksa, bisa jadi kamu salah satunya. (kmp)

Baca Juga:

Main Hati dengan Mencairkan Hubungan antara Ayah dan Anak Laki-Laki

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan