Agen Travel Independen Bali Tangguh Walau Sepi Wisatawan
Jumat, 24 September 2021 -
ANDI memutuskan tidak lagi menjadi seorang karyawan. Setelah 15 tahun bekerja sebagai karyawan hotel, ia mencoba peruntungan di dunia wirausaha. Bidang yang ia pilih ialah agen travel di tanah rantaunya, Bali.
Namun, ia bekerja dengan independen, karena seluruh operasional bisnisnya ia kerjakan sendiri, tanpa adanya satupun karyawan. Jika perusahaan agen travel memiliki divisi marketing, tapi tidak di bisnis Andi. Urusan promosi ia lakukan sendirian. Dengan modal pengalaman bekerja 15 tahun di perhotelan, ia memasarkan jasa travel miliknya melalui media sosial dan situs web.
Baca Juga:
Abang Bakso Tangguh, Beralih Profesi Jadi Tukang Bangunan demi Keluarga
Setelah mendapatkan pelanggan, Andi pun tetap tidak bisa bersantai. Ya, untuk urusan mengantar wisatawan sampai memandunya, juga ia lakukan sendiri. Bahkan ia harus pintar mengatur waktu agar jadwal perjalanan tidak bentrok karena ia hanya memiliki satu mobil sebagai moda transportasi untuk para wisatawan.
Boleh dibilang Andi memang kewalahan menjalani bisnisnya tanpa karyawan atau rekan untuk membantu operasionalnya. Ia hampir tidak memiliki waktu senggang untuk keluarga, bahkan untuk dirinya sendiri. Tapi di balik kesibukannya itu, hasilnya amat sepadan.

Tarif jasa wisatanya itu dipatok mulai Rp 400 ribu-Rp 800 ribu, tergantung paket wisatanya. Untuk fullday (8 jam) tarif yang perlu dipersiapkan sekitar Rp 800 ribu. Sementara, untuk half day (4 jam) biayanya sekitar Rp 400 ribu.
Untuk tujuan wisatanya, Andi membaginya menjadi empat destinasi. Di antaranya, wisata alam, wisata bahari, wisata belanja, dan wisata hiburan. Pilihan wisata alam termasuk Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, Pura Batuan, Goa Gajah, Tirta Empul, Tegalalang Rice Terrace, Kintamani, Monkey, dan masih banyak lagi.
Baca Juga:
Sementara, untuk wisata baharinya olahraga air di laut seperti banana boat, diving, flying fish, flyboard, sea walker, dan ada arum jeram juga. Sedangkan wisata lainnya tamu diberikan pilihan untuk mengunjungi tempat belanja di mal, atau tempat yang berjualan barang kerajinan tangan khas Bali. Wisatawan juga diberikan pilihan untuk menikmati kebun binatang.

Sebelum pandemi, ia membawa tamu wisata saban hari. Saking ramainya tamu, saat kuota jasa wisatanya penuh, biasanya Andi berbagi penumpang dengan rekan-rekannya. “Kadang kalau tamu lebih dari satu paket sehari, saya sharing dengan teman atau wadah organisasi persatuan guide dan driver yang saya bentuk dengan teman-teman yang lain,” ujar Andi kepada merahputih.com.
Namun, ketika pandemi melanda, Andi benar-benar kesulitan menjalankan bisnisnya. Andi mengatakan target pelanggannya adalah pelancong dari Australia dan Eropa. Jadi, ia lebih sering membawa wisatawan asing dibandingkan lokal.
"Saat pandemi COVID-19, saya benar-benar tidak bekerja karena Bali lumpuh total, tidak ada tamu yang datang liburan atau berwisata ke Bali. Sejak pandemi tidak ada pekerjaan dan reservasi sama sekali, alias zero order,” ujarnya.
Mengingat ia adalah seorang kepala keluarga dan ayah dari dua anak, akhirnya ia banting setir menjadi seorang kuli bangunan di Bali. Upaya ini ia lakukan agar tetap tangguh untuk bisa bertahan hidup di tengah sulitnya situasi pandemi yang membuat banyak orang kehilangan pendapatan.
“Karena penerbangan Internasional belum dibuka, maka tamu asing pun belum ada yang berkunjung. Jadi saya bersabar saja sampai pariwisata pulih kembali,” ujar Andi dengan penuh harapan. (cil)
Baca Juga: