5 Perempuan Hebat yang Menginspirasi Wanita Indonesia
Rabu, 08 Maret 2017 -
Selain RA Kartini, sebenarnya masih ada lagi perempuan-perempuan hebat yang banyak menyumbangkan inspirasi untuk kaum wanita Indonesia. Terlebih, pada saat zaman penjajah, hak-hak kaum wanita masih terdiskriminasi dan banyak terbelenggu oleh sistem feodalisme, terutama bagi wanita golongan masyarakat biasa.
Sehingga, wanita dianggap sebagai kaum minoritas, yang seolah-olah tidak ada ruang untuk menyampaikan ide atau gagasan. Sosok wanita hanya menjadi seorang isteri yang keberadaannya tidak jauh dari dapur, sumur dan kasur.
Sejak kehadiran perempuan-perempuan hebat inilah, paradigma kehidupan wanita di negeri ini sedikit bergeser maju ke depan. Karena, ternyata, di luar kodrat-irodatnya sebagai seorang wanita, perempuan-perempuan ini juga mampu berbuat seperti layaknya seorang pria, yang sangup tampil di depan dan bisa memberikan inspirasi kepada banyak orang, tidak hanya kaum wanita saja, tapi juga pria.
Berikut perempuan-perempuan hebat di Indonesia yang hingga saat ini bisa menjadi tauladan, dan memberikan inspirasi kepada kaum wanita di Indonesia:
1. Rohana Kudus

Meskipun tidak sepopuler RA KArtini, Rohana Kudus juga merupakan perempuan hebat yang banyak memberikan inspirasi pada kaum wanita di Indonesia. Sebelum banyak perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai seorang Jurnalis, Rohana Kudus sudah mengawalinya.
Ia juga melakukan hal yang sama dengan RA Kartini, yaitu mengemban misi pendidikan untuk kaum wanita. Rohana Kudus mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia pada tahun 1911 dan Rohana School pada tahun 1916 di kampung halamannya, Kota Gadang.
Rohana Kudus tercatat sebagai Jurnalis wanita pertama sekaligus pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884, dan meninggal di Jakarta, 17 Agustus 1972 pada umur 87 tahun. Ia lahir dari ayahnya yang bernama Rasjad Maharaja Soetan dan ibunya bernama Kiam.
Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar. Ia pun adalah sepupu H. Agus Salim. Rohana hidup di zaman yang sama dengan RA Kartini, dimana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu di Koto Gadang tahun 1912; Wanita Bergerak di Padang; Radio di Padang; hingga Cahaya Sumatera di Medan.
2. Cut Nyak Dien

Perempuan hebat lainnya adalah Cut Nyak Dhien atau Tjoet Nja' Dhien. Ia lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh pada tahun 1848 dan meninggal di Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908. Cut Nyak Dien adalah salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia dari kaum perempuan yang dengan gagah berani melawan penjajah Belanda.
Kisah kepahlawanan Cut Nyak Dien juga pernah difilmkan. Keberaninannya dalam pertempur di medan laga, mengangkat senjata melawan penjajah ini memberikan contoh dan inspirasi kepada kaum wanita di Indonesia bahwa wanita juga mampu membela tanah airnya seperti layaknya kaum pria.
Semangat dan kegigihannya untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia ini terlihat ketika ia dengan rela tanpa pamrih harus bergerilya keluar masuk hutan. Cut Nyak Dien juga panglima perang pertama perempuan di Indonesia.
3. Martha Christina Tiahahu

Perempuan hebat berikutnya adalah Martha Christina Tiahahu. Ia lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818. Ia meninggal di usianya yang masih muda, yaitu 17. Namun, meskipun ia meninggal di usia yang masih sangat muda, gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut ini telah memberikan inspirasi yang sangat luar biasa kepada wanita Indonesia.
Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran.
Sehingga, Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Martha Christina Tiahahu sendiri adalah putri dari Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy alias Pattimura.
4. RA Kartini

Raden Adjeng (RA) Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 dan meinggal di Rembang pada 17 September 1904. Di kalangan wanita Indonesia, RA Kartini sudah sangat populer. Karena, setiap tanggal 21 April selalu diperingati. Bahkan, selalu dijadikan sebagai istilah, jika ada perempuan hebat muncul di erah sekarang kerap disebut sebagai "Kartini masa kini atau Kartini modern".
Sejauh ini RA Kartini dikenal sebagai tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Bukunya yang sangat populer adalah "Habis Gelap Terbitlah Terang". Namun di balik kegigihannya dalam memperjuangkan emansipasi kaum wanita di Indonesia kala itu, sebenarnya ada sisi lain yang menarik dari RA Kartini, yang tidak diketahui oleh masyarakat secara luas.
Pada sekitar abad XIX, RA Kartini adalah perempuan Indonesia yang sangat menolak keras dengan Narkoba. Saat itu suaminya adalah seorang bupati di Kabupaten Rembang, yaitu K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Ia bersama dengan suaminya adalah orang yang menolak keras peredaran narkoba jenis candu atau opium yang kala itu berpusat di daerah Lasem.
Berkat kegigihannya untuk menyelamatkan orang-orang pribumi dari candu atau opium, pada tanggal 10 September 1890 suaminya, Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat berhasil menggagalkan penyelundupan 14 pikul atau sekitar 856 kg opium gelap. Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, jumlah tersebut ternyata hanya sebagian kecil dari timbunan opium yang disembunyikan.
5. Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika lahir di Bandung 4 Desember 1884. Dalam menyumbangkan pikirannya untuk wanita Indonesia, Dewi Sartika juga perempuan hebat dan mampu megubah kehidupan kaum wanita sejak zaman masanya. Ia tidak hanya berwacana tentang pendidikan saja, namun ia berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakolah Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.
Sama halnya dengan RA Kartini, Dewi Sartika telah mendobrak belenggu kaum perempuan yang kala itu sangat dibatasi ruangnya, terutama dalam hal pendidikan. Dewi Sartika mampu membuat wanita-wanita Indonesia bisa mengenal pendidikan, layaknya putri bangsawan atau kaum pria saat itu. Berkat jasanya, Dewi Sartika mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional.