Sebaiknya Kendalikan Diri agar Tidak Flexing


Menahan diri untuk tidak flexing dengan melakukan kegiatan yang positif. (Pexels/Lizza Summer)
TREN flexing atau pamer menjadi hal yang paling banyak diperbincangkan. Apalagi sejak semakin banyak influencer yang suka flexing ketahuan kalau sumber kekayaan enggak bisa dipertanggung jawabkan.
“Flexing atau pamer biasanya menunjukkan karena adanya kebutuhan yang tinggi akan eksistensi diri. Selain itu flexing juga bisa sebagai bentuk dari mengapresiasi diri,” jelas Fiona Damanik, M.Psi., Psikolog, kepada merahputih.com.
Tren ini tidak hanya terjadi pada influencer saja. Banyak orang yang merasa punya banyak harta jadi punya kecenderungan untuk pamer. Sadar atau tidak sadar yang tadinya hanya sesekali pamer jadi terbiasa selalu ingin pamer.
Kebiasaan flexing dinilai lebih banyak negatifnya. Untuk mengubahnya perlu mengkontrol diri. Berikut cara mengendalikan diri agar tidak flexing menurut psikolog.
Baca Juga:

Kelola ekspektasi
Orang yang suka flexing pada umumnya punya ekspektasi yang sama, berharap orang lain terkesima dan punya lingkaran pergaulan orang kaya. Coba pikirkan kembali apakah kamu bisa bertumbuh dan lebih bijak lagi jika punya ekspetasi seperti itu? Atau saat kamu tahu ternyata kemampuan kamu terbatas, apakah ekspetasi kita realitis? Ekspektasimu jangan sampai melebihi realita atau bisa jadi kamu memaksakan dirimu.
Kontrol diri
Mereka memaksakan diri dan akhirnya kalap menghabiskan uang membeli barang yang sebenarnya tak dibutuhkan tapi diperlukan untuk bisa flexing harta. Kalau kamu ingin melihat para influencer yang suka flexing kekayaan palsu, mereka pun bisa memiliki satu kesamaan, yaitu kurangnya kontrol diri.
Ganti pola pikir
Sudah jelas kebiasaan flexing harta bermula dari pola pikir yang berfokus pada ingin terkenal dan ingin diterima pergaulan kelas atas. Fokus titik kesalahan seseorang dilihat dalam diri sendiri. Fokuskan mengenali kekuatan dan kebaikan apa yang telah kamu miliki selain harta dan barang mewah. Kenali “kekayaan” yang kamu miliki sifatnya
lebih kekal dari pada harta dan barang.
Baca Juga:

Kerjakan aktivitas positif
Kalau fokus hanya berpusat pada kebiasaan flexing, aktifitas positif lainnya jadi tak terlihat. Padahal aktifitas positif bisa mebambah hal positif pada diri sendiri yang tak bisa diberikan harta dan barang mewah. Dari pada fokus mengharapkan atensi orang lain dengan flexing. Lebih baik fokus pada atensi dari orang-orang tersayang. Lebih seru juga bisa menciptakan momen dan quality time bareng orang-orang terdekat, sahabat, dan keluarga.
Naikkan level empati
Empati berarti bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hal ini cenderung kurang dimiliki oleh orang yang suka flexing karena mereka terlalu sibuk berpusat pada diri sendiri. Padahal, akan lebih baik memposisikan diri sebagai is it nice buat pamer harta saat kebanyakan orang berjuang untuk mecukupi hidup mereka. “Cara yang efektif untuk menghadapi orang-orang berperilaku flexing adalah dengan mengabaikan,” tutupnya. (dkr)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Flexing Pengalaman Kerja dengan Tepat di CV

Flexing Otot Tanpa Terlihat Disengaja

Cara Menahan Diri agar Flexing Tidak Dianggap Negatif

Flexing Foto Libur Lebaran Bisa Pertanda Narsistik

Cerita Novita Hardini Main di Film 'Buya Hamka'

Flexing Berkedok Bertanya dalam Dunia Gaming

Flexing Angpau Lebaran Walaupun Tak Merayakannya

Tempat Wisata Baru di Jakarta dengan Spot Foto Bernuansa Jepang

Flexing Sekaligus Tingkatkan Kesehatan Mental di Tempat Tropis

Nicke Widyawati Masuk Daftar 14 Perempuan Kontemporer WIPO
