Kenali Apraxia, Gangguan Saraf Motorik Pada Anak


Ketahui gangguan motorik pada anak (Foto: pbs)
SISTEM motorik setiap manusia mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Keadaan fisik yang mulai menua menyebabkan kekuatan dari otot menjadi melemah. Sehingga, fungsi saraf akan mendapatkan banyak gangguan. Penyakit maupun fisik yang lemah menjadi salah satu faktornya. Gangguan saraf yang menghantui masyarakat adalah Apraxia.
Kondisi ini mengakibatkan otot tidak sinkron dengan perintah otak. Pengidapnya akan kesulitan melakukan hal yang diinginkannya karena kondisi ini. Banyak penyebab yang mampu memicu gangguan tersebut. Menyerang otak besar yang berfungsi untuk mengatur dan mengingat setiap gerakan. Salah satu penyebabnya adalah penyakit Neurodegeneratif yang mampu menurunkan fungsi saraf pada tubuh.
Baca juga:
Hati-Hati, Cara Didik Orangtua Bisa Berpotensi Gangguan Jiwa Pada Anak
Selain itu, tumor otak, stroke, serta cedera pada otak juga bisa menyebabkan timbulnya gangguan Apraxia. Semua keadaan tersebut bisa berasal sejak lahir karena kelainan genetik. Maka dari itu, tidak sedikit penyakit ini menyerang anak-anak.

Kamu bisa mengetahui gejala-gejala yang akan muncul jika seseorang di sekitarmu berpotensi mengalami Apraxia. Antara lain, ketidakmampuan untuk melukis dan menggambar, ketidakmampuan untuk mengunyah, menelan, bersiul, bahkan kesulitan untuk berbicara dengan lancar.
Biasanya, jika hal ini terjadi pada anak akan langsung dianggap mengalami gangguan autis. Padahal, bisa saja anak tersebut memiliki gejala penyakit Apraxia. Salah satu gejala yang muncul pada anak yaitu kesulitan berbicara, mengucapkan kalimat yang panjang, sulit menggerakan bibir, rahang dan lidah.
Baca juga:
Perhatikan Kandungan Gizi, Ini 4 Rekomendasi Jenis Makanan untuk Anak ADHD
Terdapat beberapa cara untuk menangani kondisi apraxia. Dengan cara pemeriksaan ke dokter spesialis saraf atau melakukan terapi secara berkala. Tentunya dengan pemeriksaan oleh dokter akan lebih efektif karena melakukan sejumlah tes medis.
Dokter akan memberikan penanganan khusus pada pasien untuk menjalani terapi okupasi. Dalam tes tersebut, pasien akan diajarkan untuk menggerakan tubuh dan otot, sehingga bagian tubuh yang sulit bergerak akan membaik dan kembali normal.

Teknik tersebut bisa dilakukan di rumah bersama orang terdekat. Seperti, mengulang kata, menggerakan tubuh tertentu secara rutin, hingga belajar mengamati berbagai hal. Memberikan dukungan moral kepada pengidap mampu menaikan rasa percaya diri padanya. Jika keadaan ini tidak ditangani dan berlanjut, tentu itu akan mempengaruhi kondisi kehidupan sosialnya.
Wajib melakukan pengecekan kondisi anak dini. Untuk mengetahui tumbuh kembang selama beberapa tahun kedepan. Banyak penyakit yang mudah menyerang fisik anak di usia dini. Pengawasan harus dilakukan orangtua kepada anak, guna mengetahui secara langsung kondisi tumbuh kembang sang buah hati. (Dys)
Baca juga:
Waspadai Penyakit yang Mudah Menulari Anak di Lingkungan Sekolah
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma

Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Mengintip Aksi 2.200 Anak Juggling Bola Meriahkan Pembukaan Piala Presiden 2025

Melihat Pameran Kids Biennale Indonesia 2025 Bertajuk Tumbuh Tanpa Takut di Galeri Nasional
