Italia Bakal Alami Musim Liburan Terhangat dalam 50 Tahun Terakhir
Diakibatkan arus cuaca hangat dari Afrika Utara. (Foto: Unsplash/La So)
PAKAR meteorologi memperkirakan Italia akan mengalami musim liburan terhangatnya dalam kurun setidaknya 50 tahun terakhir, cuaca yang lebih anomali dalam setahun dengan pola cuaca yang tidak biasa ini, seperti dilaporkan Antara, Senin (26/12).
Menurut Daniele Cat Berro dari Italian Meteorological Society, arus cuaca hangat dari Afrika Utara menyelimuti sebagian besar wilayah Italia, dan bakal menyebabkan suhu melonjak ke rekor tertinggi.
Di seluruh Italia bagian tengah dan selatan, suhu diperkirakan bakal melampaui suhu tertinggi yang pernah tercatat dalam 50 tahun. Suhu tinggi harian akan tetap lebih panas dari biasanya hingga akhir tahun baru, seperti diungkapkan Cat Berro.
Baca juga:
Dobel Manfaat Berenang di Cuaca Panas
"Fenomena antisiklon dari Afrika Utara ini menaikkan suhu ke level yang tinggi. Ini adalah dampak yang sama yang kita lihat di musim panas ketika suhu mencapai lebih dari 40 derajat celsius (104 derajat Fahrenheit)," terang Cat Berro.
Namun, dirinya mengatakan bahwa saat ini tingkat atau sudut kemiringan Bumi lebih besar dan matahari berada di posisi yang lebih rendah, sehingga suhu tinggi yang sebenarnya juga menjadi lebih rendah.
Curah hujan yang rendah menyebabkan sejumlah daerah aliran sungai utama di Italia bagian utara dan tengah mengering. Berkurangnya curah hujan yang dipadu dengan suhu tinggi yang tidak sesuai musim menyebabkan sebuah gletser besar di Pegunungan Dolomites di Italia bagian utara runtuh, hingga menewaskan 11 orang pendaki.
Baca juga:
Jaga Kesehatan Tubuh di Tengah Cuaca Panas
Musim panas yang panas dan kering kemudian berubah menjadi cuaca ekstrem di musim gugur, termasuk hujan lebat, banjir bandang, angin kencang, dan tanah longsor. Kota kanal Venesia terancam oleh potensi banjir, dan terselamatkan hanya karena sistem gerbang banjir 'Mose' yang mulai beroperasi tahun lalu.
Menurut Cat Berro, meskipun sulit untuk mengaitkan peristiwa cuaca apa pun dengan perubahan iklim, frekuensi dan tingkat keparahan dari peristiwa-peristiwa cuaca tersebut berkaitan dengan perubahan iklim global.
"Peristiwa cuaca yang biasanya terjadi sekali dalam satu dekade kini terjadi setiap tahun, bahkan berkali-kali dalam setahun. Segalanya tidak akan kembali seperti dahulu. Kita harus membiasakan diri dengan kenyataan ini, serta bersiap dan beradaptasi," ujar Cat Berro. (waf)
Baca juga:
Cuaca Panas Menyengat, Jangan Lupa Sunscreen
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Seperlima Pantai Italia Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Terbagi 4 Zona
Cuaca Panas Ekstrem, Pemerintah DKI Diminta Segera Siapkan Ketersedian Air di Setiap Wilayah
Cuaca Panas Dengan Suhu Capai 37,6 Derajat Celcius, Ini Imbauan BMKG
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir Akan Guyur Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Jumat, 17 Oktober 2025
Suhu di Sebagian Daerah Jawa Barat Capai 37,6 Derajat Celsius, Masih Lebih Rendah Dibanding 2022
Cuaca Panas Landa Indonesia, BMKG Sebut Suhu di Jabar, NTT, dan Papua Tembus 37 Derajat Celsius
Cuaca Panas, Suhu di Solo Tembus 30 Derajat Celcius
Jangan Sampai Pingsan! Air Mineral Bisa Jadi Penyelamat Warga dari Panas Ekstem Jakarta
ISPA Jakarta Meledak Hampir 2 Juta Kasus, Dinkes Ungkap Biang Keladi Selain Polusi
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis