Harga Komoditas Naik, Indonesia Waspadai Melonjaknya Subsidi Energi


SPBU. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Indonesia tengah mewaspadai ancaman krisis energi di tengah naiknya harga komoditas belakangan ini. COVID-19 menyebabkan disrupsi rantai nilai pasokan, sehingga berbagai harga termasuk minyak mentah, gas alam, batubara, tembaga, dan minyak sawit mengalami kenaikan.
Tercatat, harga minyak Brent telah melonjak hampir 60 persen tahun ini karena ekonomi bangkit kembali dari pandemi dan karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, hanya meningkatkan produksi secara bertahap.
Baca Juga:
Komite II DPD Kebut Penyusunan RUU Perubahan Energi
Pemerintah dari beberapa ekonomi terbesar dunia sedang mempertimbangkan untuk melepaskan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR) menyusul permintaan dari Amerika Serikat, untuk langkah terkoordinasi mendinginkan harga.
"Diketahui memang harga komoditas energi sempat minus, namun kenaikan harga komoditas energi ini yang diperkirakan juga sangat berpengaruh terhadap negara, terutama terkait subsidi energi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (22/11).
Ia memaparkan, beberapa negara pun mengalami krisis energi terutama saat transisi dari energi berbasis fosil ke energi terbarukan yang tidak berjalan sesuai dengan harapan dan kenaikan harga energi dipicu oleh peningkatan harga komoditas energi di Tiongkok lantaran energi terbarukan yang lebih terbatas.
"Harus belajar dari transisi energi ini agar transisi energi ini tidak berdampak terhadap base load yang dipersiapkan, karena data base load ini penting untuk sektor produktif," ungkap dia.
Selain krisis energi, dirinya menyebutkan setidaknya ada beberapa tantangan lainnya yang akan dihadapi Indonesia ke depannya, yakni COVID-19 dan varian barunya, ketidakpastian geopolitik, pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS, serta perubahan iklim.

"Artinya gas dan rem ini tetap harus dijaga, karena kita ketahui COVID-19 belum berakhir dan masih terdapat beberapa risiko eksternal lainnya," ujar Menko Airlangga.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut transisi energi fosil menjadi energi hijau tidak dapat ditunda lagi. Peralihan menuju energi yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim.
"Memang kita tahu bahwa transisi energi ini memang tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu perencanaannya, grand design-nya, itu harus mulai disiapkan. Tahun depan kita akan apa, tahun depannya lagi akan apa? Lima tahun yang akan datang akan apa?,” kata Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa (16/11). (Asp)
Baca Juga:
Bertemu Joe Biden, Jokowi Minta AS Bantu Indonesia Dalam Transisi Energi
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Shell, BP Hingga Vivo Sepakat Beli BBM ke Pertamina, Pekan Ini SPBU Swasta Ditargetkan Kembali Normal

Malaysia Turunkan Harga BBM RON 95 Jadi Sekitar Rp Rp 7.864 Per Liter, Di Indonesia Pertamax Rp 12.200 Per Liter

Nurdin Halid Sebut Kebijakan Impor BBM Pertamina Selaras Semangat Ekonomi Pancasila, Bukan Monopoli

Nurdin Halid: Stok Kosong Salah Internal SPBU Swasta, Jangan Dipelintir Jadi Masalah Pasokan BBM Nasional

Konferensi Pers Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Soal Impor BBM Nonsubsidi
Kekosongan BBM di SPBU Shell Berpotensi Picu PHK, Istana Negara ‘Putar Otak’ untuk Cari Solusi

BBM di SPBU Swasta Langka, DPR Kritik Arah Kebijakan Energi Nasional.

Kuota BBM SPBU Swasta Sudah Lebihi Kuota, Pemerintah Diklaim Sudah Benar Atasi Kelangkaan

DPR Sebut Stok BBM Aman, Kelangkaan di SPBU Swasta Hanya Terjadi di Jabodetabek

Viral Warga Isi Bensin Diduga Bercampur Air di Kebon Nanas, Begini Tanggapan Pertamina
