Gegara Edhy Prabowo, Elektabiltas Prabowo dan Gerindra Turun


Menteri Kelautan dan Perikanan nonaktif, Edhy Prabowo. Foto: ANTARA
MerahPutih.com - Kasus korupsi izin ekspor benih lobster (benur) yang melibatkan Menteri Kelautan dan Perikanan nonaktif, Edhy Prabowo, berimbas besar pada Prabowo Subianto dan Gerindra.
Pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, tertangkapnya politisi asal Muara Enim, Palembang itu bisa menurunkan elektabilitas Prabowo sebagai Capres dan juga dukungan terhadap Gerindra pada Pemilu 2024.
Baca Juga
"Karena peristiwa ini terekam dalam memori kolektif publik," ujarnya di Jakarta, Minggu (29/11)
Menurut dia, operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Edhy Prabowo tidak hanya berdampak pada institusi Partai Gerindra.
Melainkan yang paling terkena dampaknya adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang digadang-gadang bakal maju menjadi calon presiden 2024.
Ia meyakini, peristiwa ini menjadi bahan pertimbangan publik untuk melakukan penilaian (assessment) terhadap integritas Gerindra yang menggaungkan narasi antikorupsi.
"Ini seperti yang dilontarkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto," katanya

Dengan adanya kasus korupsi ini, maka spirit antikorupsi dan penyelenggaraan pemerintahan bersih yang digaungkan saat kampanye telah menjungkirbalikkan persepsi publik.
"Publik akan menilai bahwa semangat antikorupsi sekadar jargon dan retorika," kata Direktur Eksekutif IPI ini pula.
Baca Juga
Penangkapan Menteri Edhy Prabowo Panaskan Peta Politik di Pemerintahan
Kasus korupsi besar yang melibatkan kader dan pimpinan parpol, apalagi kader partai yang menjadi pejabat publik berpotensi menurunkan kepercayaan publik.
Dia mencontohkan, kasus suap Gubernur Bank Indonesia yang melibatkan sejumlah kader dan pimpinan PDIP sekitar tahun 2008.
Contoh lain adalah kasus korupsi yang menjerat Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang menyeret sejumlah kader dan pimpinan Partai Demokrat.
Kasus korupsi Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dan Sekjen Golkar Idrus Marham dan sejumlah kader Golkar lainnya, juga berdampak pada penurunan kepercayaan publik.
Demikian pula kasus korupsi besar yang menimpa Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaaq dan kasus Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Romi) telah memiliki kontribusi terhadap penurunan kepercayaan dan dukungan suara.
Namun, kata Karyono, dampak penurunan elektabilitas tergantung masif atau tidak kasus korupsi ini menjadi perbincangan publik.
"Jika dugaan kasus korupsi ini benar dilakukan secara sistemik dan menjadi wacana publik secara terus menerus, maka dampaknya bisa signifikan dalam menurunkan dukungan suara," tutup Karyono Wibowo. (Knu)
Baca Juga
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Prabowo Naikkan Gaji Guru dan Dosen ASN, Komisi X DPR: Nasib Honorer juga Harus Diperhatikan

DPR Sebut Ibu Kota Politik di IKN tak Sesuai UU, Perlu Kejelasan Hukum

Prabowo Pidato di Sidang Majelis Umum PBB, Komisi I DPR: Kemerdekaan Palestina Harus Disuarakan

Prabowo Bakal Pidato di Sidang Umum PBB, Ulangi Perjuangan Diplomasi Ayahnya

Kunjungi Expo 2025 Osaka, Prabowo Bawa 'Oleh-oleh' Proyek Investasi Rp 392 Triliun

Tiba Jepang, Presiden Prabowo Bawa Misi Khusus di Expo 2025 Osaka

Prabowo Lawatan ke Jepang Lanjut Hadiri Sidang Umum PBB, Pulang Tanah Air 27 September

Gibran tak Hadiri Reshuffle Kabinet, Jokowi Berikan Pembelaan

Menpora Erick Thohir Buka ke Publik Isi Bisikan Presiden Prabowo

ISDS Nilai Djamari Chaniago Ditunjuk Prabowo Bukan Didasari Dendam Masa Lalu
