Dog Meat Free Indonesia Kampanyekan Stop Perdagangan dan Konsumsi Daging Anjing


Dog Meat Free Indonesia dorong Indonesia untuk larang perdagangan daging anjing. (instagram/@dogmeatfreeindonesia)
MULUT dan kaki mereka diikat, dilempar seperti sampah ke dalam truk, lalu dimasukan ke dalam kandang yang padat dan kotor. Tanpa makanan dan minuman sebelum akhirnya mereka digantung dan dipukuli, dibanting, disetrum di depan anjing-anjing lain hanya untuk satu piring daging anjing.
Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, di beberapa tempat anjing dimasak hidup-hidup. Tangisan mereka mengiris hati para pencinta binatang.

Indonesia menjadi salah satu negara yang secara internasional dikenal maraknya perdagangan brutal daging anjing. Sebelumnya hal ini tidak terlalu diperhatikan, Komunitas Dog Meat Free Indonesia (DMFI) lah yang mengekspos praktek ini sehingga mendapatkan perhatian secara internasional.
Baca juga:
Mengenal Parvo, Virus Mematikan yang Mengintai Anjing Kesayanganmu
Pada 2018, petisi DMFI yang dilayangkan ke Presiden Joko Widodo untuk menghentikan perdagangan brutal daging anjing berhasil menarik perhatian dunia.
Petisi tersebut ditandatangani oleh sejumlah selebritas Indonesia dan internasional seperti Cameron Diaz, Simon Cowell, Ellen DeGeneres dan masih banyak lagi. Ada lebih dari 90 selebritas dunia yang ikut menandatangani petisi tersebut.
"Indonesia kan katanya mau tingkatkan pariwisata, berbeda dengan disini, orang luar negeri condong pecinta binatang. Kalau kondisinya kayak gini, reputasi negara Indonesia bisa rusak," ucap aktivis dari DFMI, Mustika.
DFMI merupakan sebuah gerakan koalisi yang dibuat oleh sejumlah organisasi besar pencinta binatang, termasuk Jakarta Animal Aid Network dan Animal Friends Jogja. Secara internasional gerakan serupa juga dijalankan oleh Change for Animals Foundation, Humane Society International, Four Paws, dan Animals Asia.
Mereka tiada henti berkampanye dan berjuang demi binatang yang kerap dijuluki sebagai man’s best friend ini.
Tim DMFI tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya, di Solo. Kota di Jawa Tengah ini menjadi salah satu kota di Indonesia yang melakukan praktek perdagangan daging anjing secara masif dan terang-terangan. Tidak sulit untuk menemukan warung yang menjual daging anjing di kota kelahiran Presiden Joko Widodo ini.
Tidak hanya berkoar-koar, DMFI aktif turun ke lapangan dan melakukan investigasi. Salah satu hasil investigasi DMFI menunjukkan bahwa sekitar 13.700 ekor anjing terus menerus ditangkap dan dicuri setiap bulannya dari jalan-jalan kota di seluruh Jawa.
"Di sini, anjing-anjing dibantai secara brutal dan dagingnya dijual di sedikitnya 82 warung yang menjajakannya secara terang-terangan," ucap Angelina Pane dari Animal Friends Jogja pada press release DMFI tahun 2019.
Hasil investigasi ini berhasil meluluhkan hati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat ditemui oleh DMFI pada tahun 2019. "Pak Ganjar juga benar-benar syok melihat hasil investigasi kita dan ikut bantu berkampanye ke pemerintah lain untuk larang perdagangan daging anjing," ucap Mustika.
Kenapa bisa perdagangan daging anjing masif? Mustika, koordinator dan perwakilan Dog Meat Free Indonesia (DMFI) Solo mengatakan bahwa di tempat-tempat seperti Solo, walaupun secara ilmiah tidak benar, kepercayaan-kepercayaan dan mitos mengenai manfaat daging anjing masih kental.
"Ada yang percaya kalau habis kecelakaan atau operasi, kalau pengen cepat kering luka dan bekas operasinya makan daging anjing. Ada juga yang percaya bahwa kalau orang kurang perkasa harus makan daging anjing," ucap Mustika.
Akan tetapi, makan daging anjing yang dipercayai memiliki banyak manfaat justru telah membunuh banyak orang karena penyakit seperti rabies.
Masalah rabies menjadi isu yang sangat besar sehingga ada hari rabies sedunia, Indonesia juga ikut merayakannya. Lucunya, walau begitu tidak ada larangan atau peraturan mengenai perdagangan daging anjing ini. Selama pandemi pun, perdagangan daging anjing masih marak.
"Wah, kalau di solo tidak ada stopnya, saat masa PSBB pun masih ada. Tim kami yang kebetulan kerja di pom bensin sempat menemukan truk berisi anjing-anjing yang dikarungkan, bisa terdengar tangisan kesakitan mereka," kata Mustika.
Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Indonesia sempat menargetkan Indonesia bebas rabies pada 2020. Namun, sepertinya itu hanyalah omong kosong.
Baca juga:
Melansir laman Kemkes.go.id, kejadian rabies pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan kematian (case fatality rate 100%) sehingga akibat penyakit ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat.
Selain itu rabies juga mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada daerah yang tertular. Di antaranya biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya perawatan pasca pajanan. Sampai sekarang belum ada obat yang efektif untuk pengobatan penyakit rabies.
Ketakutan dan stres yang dialami anjing yang membuat mereka memiliki rabies. "Anjing tidak akan menyebarkan rabies atau miliki rabies kalau anjingnya dalam kondisi sehat secara fisik dan mental. Kalau gini kan mereka mulut dan kakinya diikat, pasti stres dan kesakitan," ucap Mustika.
Di seluruh wilayah Indonesia, ribuan anjing secara ilegal diperjualbelikan, seringkali itu dijual antar propinsi yang bebas rabies maupun provinsi dengan endemi rabies, menuju rumah-rumah jagal dan pasar dengan kondisinya hampir sama dengan pasar yang dipercaya sebagai asal virus COVID-19, tulis press release DMFI pada 28 Juli 2020.
Mustika mengatakan bahwa dari 34 pulau di Indonesia, hanya delapan pulau yang bebas rabies.

Saat ditanya apa solusinya, Mustika mengatakan bahwa DMFI hanya bisa bergantung pada pemerintah. Mereka tidak bisa melakukan sosialisasi langsung kepada warung-warung atau masyarakat yang menjual dan mengkonsumsi daging anjing, karena ini bisa memunculkan perdebatan dan miskomunikasi.
Maka dari itu, mereka aktif melakukan investigasi untuk memberi bukti dan dokumentasi kepada pemerintah yang harus merubah peraturan untuk kesejahteraan hewan.
"Daripada berdebat sama masyarakat, kita berdebat dengan pemerintah. Seperti contoh orang pakai helm, tidak semua orang mau pake helm kan? Cuma karena adanya peraturan dari pemerintah, ya mau tidak mau mereka harus pakai helm, kalau kita orang biasa yang berbicara kan beda," ucap Mustika.

Walau dengan kenyataan seperti ini, Mustika tetap positif dan mengatakan bahwa Indonesia bisa benar-benar bebas daging anjing. “Di Tiongkok dimana perdagangan daging anjing itu marak dan lebih ekstrim saja bisa ada banyak perubahan, kenapa Indonesia tidak bisa? Semua tergantung dari pemerintahnya saja,” ucap Mustika
Mustika ingin semua pencinta anjing dan kucing bisa bersatu dan memperjuangkannya seperti di Tiongkok, mereka bisa memiliki banyak perubahan karena bersatu tidak saling sikut-menyikut dan berjuang bersama-sama.
Ia juga berharap pemerintah untuk tidak meremehkan hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah mengatakan bahwa ini bisa jadi pandemi berikutnya. Mereka menyayangkan sifat pemerintah Indonesia yang selalu menunggu dan saat masalahnya datang baru bergerak.
“Sebenarnya larangan daging anjing ini bukan sepenuhnya hanya urusan pencinta anjing, atau anjingnya. Ini juga urusan kesehatan dan keselamatan manusia," tutup Mustika. (lev)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Good Boy: Film Horor Tentang Anjing yang Melawan Arwah Jahat

Dolce & Gabbana Luncurkan Fefe, Parfum yang Bikin Anjing Wangi Selalu

Penting, Nutrisi Tepat untuk Anabul Kesayangan

Kucing dan Anjing di Indonesia Berumur Pendek

Penelitian: Anjing Mengerti Hubungan antara Kata dan Objek

10 Ekor Satwa K-9 Lengkap dengan Pawangnya Ikut Amankan Gedung MK

RS di Spanyol Masukkan Anjing ke Ruang ICU sebagai Terapi untuk Pasien

Pemkot Solo Janjikan Modal Pedagang Daging Anjing untuk Beralih Dagangan

Gibran Keluarkan Edaran Agar Warga Solo Tidak Lagi Konsumsi Daging Anjing

Distribusi Daging Anjing Dipersulit, Pedagang Daging Anjing di Solo Menjerit
