Teknik Ramah Lingkungan dalam Persiapan Koleksi 'LANGKAH' Denny Wirawan


Denny Wirawan (tengah) menggunakan teknik yang ramah lingkungan dalam menyiapkan koleksi di peragaan busana kali ini. (Foto: Merahputih.com/Marcella)
DESAINER ternama Tanah Air, Denny Wirawan, baru saja menggelar pagelaran fesyennya yang bertajuk "LANGKAH Trunk Show Collection". Acara ini menjadi peringatan 25 tahun perjalanan kariernya sebagai desainer pakaian sejak 1996.
Melalui 'LANGKAH', Denny menghadirkan puluhan item bernuansa kain Bali yang dipadukan dengan batik Kudus. Item ini merupakan koleksi dari Spring/Summer 2023. Seluruh item ini terinspirasi dari kekayaan wastra Bali, tanah kelahiran Denny.
Wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri di berbagai daerah. Nah, wastra Bali yang dihadirkan dalam trunk show kali ini ada tiga : songket, tenun ikat, dan gringsing.
Baca juga:
Balutan Wastra Bali dan Batik Kudus Koleksi LANGKAH Denny Wirawan

Songket adalah produk budaya Bali yang merefleksikan cara hidup masyarakat Bali melalui hiasan motif serta mengandung makna yang kuat tertanam dalam filsafat Hindu yang ada pada kain. Tenun ikat khas Bali disebut juga sebagai endek. Gringsing merupakan jenis kain yang diproduksi oleh suku tertua di Bali.
"Jadi ada beberapa. Ada songket, ada endek yang menggunakan pewarnaan alam. Jadi, memang kita tetep menciptakan sesuatu dengan konsep ramah lingkungan," ujar Denny dalam sesi konferensi pers, Rabu (28/9).
Teknik pewarnaan alami sering disebut natural dyeing. Seperti namanya, teknik ini menggunakan bahan-bahan alam untuk menghasilkan cairan pewarna. Biasanya bahan-bahan yang digunakan adalah kayu, dedaunan, dan berbagai jenis bunga.
Tak hanya dari segi pewarnaan. Proses ramah lingkungan dalam persiapan "LANGKAH Trunk Show Collection" ini juga diaplikasikan dalam pembuatan salah satu jenis kain, yaitu kain songket.
Baca juga:
Citra Perempuan Tangguh Indonesia dalam Niti Senja Karya Denny Wirawan

Benang-benang dalam kain songket berasal dari benang hasil olahan limbah. Limbah di sini diperoleh dari bekas potongan benang produksi songket pengrajin sebelumnya. Potongan-potongan itu dikumpulkan dan disatukan kembali dengan cara dipintal sehingga terciptalah sebuah gelondongan benang yang baru.
Proses ini membuat benang-benang yang sebelumnya tak terpakai, jadi lebih bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia (upcycle). Selain itu, karena disatukan dari benang yang warnanya berbeda-beda, dalam satu pintal bisa menghasilkan gradasi warna yang berbeda pula. Maka setiap kain songket yang dihasilkan juga akan memiliki warna serta visualisasi unik nan menawan.
“Saya enggak tahu ya (teknik-Red.) itu baru atau nggak, (karena-Red.) memang sudah lama enggak megang kain Bali. Tapi buat saya ini jadi suatu hal yang baru, yang membuat saya ini sangat istimewa dan sangat bernilai,” jelas Denny mengenai salah satu item yang dikenakan modelnya. (mcl)
Baca juga:
Jualain Fesyen Berkelanjutan dalam koleksi 'Bloom in September'
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Plaza Indonesia Fashion Week 2025: Surat Cinta untuk Mode Lokal

Future Loundry Tutup JF3 2025 dengan ‘Raga’, Gabungan Fashion Show dan Aksi Teatrikal

Eksplorasi Unsual Bespoke dalam ‘Embodiment Malfunction’ di JF3, Tampilkan Karya dengan Tema Gothic

Gandeng 5 Jenama, Lakon Store Eksplorasi Cinta dalam Fashion lewat ‘P.S. I Love You’ di JF3 2025

Susan Budihardjo FFI Bawa ‘Controversy’ ke Panggung JF3 2025

'Inheritance Soul', Panggung Ekspresi Desainer Muda Sparks Fashion Academy di IFW 2025

Lisa BLACKPINK Sukses Pukau Pengunjung Victoria's Secret Fashion Show 2024

6 Idol K-Pop Hadiri New York Fashion Week 2024

5 Desainer Lokal Bakal Tampil di Ajang NYFW 2024

Dukung Pertumbuhan Modest Fashion, Wardah Ambil Bagian dalam JMFW 2024
