Tas Rotan Bundar Bali, Si Simpel Favorit Artis dan Selebgram

Rina GarminaRina Garmina - Rabu, 16 Mei 2018
Tas Rotan Bundar Bali, Si Simpel Favorit Artis dan Selebgram

Raisa Andriana memakai tas rotan bundar Bali. (Foto: Instagram)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEBUAH tas berbentuk bundar seketika menarik perhatian. Terbuat dari anyaman rotan, dengan tali untuk menyelempangkan tas. Tas bermodel simpel itu terpajang apik di Krisna, salah satu pusat oleh-oleh di Bali.

Bukan modelnya yang membuat saya berdecak kagum. Namun, kehebatan tas ini lantaran sempat menjadi signature style pada musim panas 2017. Bukan hanya penyanyi Raisa Andriana penggunanya, tetapi juga sederet artis papan atas dan fashion blogger dunia.

Banyak artis dan selebgram menyukainya karena gampang di mix n match. Rok maxi, rok pensil, rok mini, celana panjang, jumpsuit, celana pendek dan jeans akan terlihat oke apabila dipadukan dengan tas ini.

Di Bali, tas mungil tersebut dapat dijumpai dengan mudah di Pasar Ubud dan pusat oleh-oleh selain Krisna. Melihat pamor tas rotan bundar tersebut, Merahputih.com pun tergelitik melihat langsung produksinya. Adalah Pawardi (42), perajin yang kami sambangi.

Rumah produksi Pawardi tidak seperti dalam bayangan kami. Sederhana. Dan bukan miliknya sendiri. Ia hanya lah indekos.

tas bali
Foto: Rotan Bali

Ditemui di indekosnya, Pawardi terlihat sibuk melayani pembeli. Di Jalan Gumitir Nomor 16 itulah transaksi kerap terjadi. Pembeli biasanya memesan tas tersebut untuk dijual di berbagai art shop di Bali. Atau, mengirimnya ke luar negeri apabila ada pesanan.

Berasal dari Desa Landah, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Pawardi mengaku telah menekuni kerajinan anyaman dari bahan pohon Ate dan Rotan itu sejak 1966. Kalau sering berburu souvenir dari berbagai daerah, kamu pasti hafal dengan materialnya. Bahan ini dahulu sering dijadikan alas piring dan gelas.

“Dulu di desa, kita sering membuat anyaman ini untuk alas piring atau alas gelas,” terang ayah tiga anak ini.

Hasrat tak terbendung Pawardi untuk mengembangkan kerajinan anyaman rotan tersebut membuatnya pindah ke Bali pada 1998. Waktu terus berjalan. Kerajinan anyaman rotan pun berkembang. Dari alas piring dan gelas menjadi tempat tisu, lalu tas bundar.

Model terbaru, tas rotan bundar, ternyata menjadi favorit pembeli domestik dan mancanegara. Karena kewalahan memenuhi pesanan, Pawardi pun mengongkosi orang-orang di desa asalnya, Lombok Tengah, untuk menganyam tas bundar tersebut.

Warga Lombok Tengah rata-rata berprofesi sebagai petani. Ketika musim kemarau tiba atau menunggu masa panen, warga menghabiskan waktu membuat anyaman dari pohon Ate dan Rotan.

“Kalau di Lombok Tengah banyak perajinnya. Kalau orderan ramai, saya mengongkosi,” katanya.

Dari Lombok, tas-tas tersebut dikirim ke Bali untuk dijual. Setiap hari, Pawardi bisa menerima kiriman 500 hingga 1.000 tas dari Lombok. Menurut Pawardi, proses pembuatan tas dimulai dengan membelah material Ate dan Rotan agar lebih kecil bentuknya. Kemudian dibersihkan dan mulai dianyam sesuai variasi motif.

“Dalam satu hari bisa satu tas saja yang selesai dianyam, karena lama menganyamnya. Apalagi kalau motifnya agak rumit,” paparnya.

Sampai di tangan Pawardi, tas bundar tersebut dipercantik aneka bubuk warna permanen. Lalu dijemur beberapa jam. Selanjutnya dipasangkan bermacam corak kain menggunakan lem kuning dan dijahit agar kuat. Proses terakhir tinggal memberi tali tas berbahan kulit sapi. Penambahan tali kulit ini membuat tas terlihat eksotis dan menarik.

“Kalau di sini saya hanya pengepul dan mempercantik tas itu,” tegasnya.

tas bali
Tas rotan Bali. Foto: SocImage

Tas-tas rotan Pawardi ditawarkan dengan ukuran 12 hingga 25 sentimeter. Biasanya pembeli menjualnya dengan harga berbeda-beda. Jika dijual di art shop, kisarannya Rp120 ribu hingga Rp150 ribu.

Lewat tangan-tangan pembeli itulah penjualan tas rotan Pawardi bisa tembus pasar Eropa, Kanada dan Jepang. Sementara ia hanya memasarkan di Bali.

Lantas, berapa untung yang Pawardi dapat dari hasil penjualan tas anyaman ate dan rotan? “Tidak begitu bagus. Kecil,” ungkapnya.

Materialnya mahal. Satu ikat bahan ate dan rotan Rp45 ribu serta harus dibeli dari Sumatra, Kalimantan dan Flores (Nusa Tenggara Timur). Seandainya memiliki opsi bekerja di perusahaan, Pawardi mungkin akan mengambil opsi tersebut. (*)

Artikel ini dibuat berdasarkan laporan kontributor Merahputih.com wilayah Bali dan sekitarnya, MKF.

#Tren Fesyen
Bagikan
Ditulis Oleh

Rina Garmina

Cooking Mama :)

Berita Terkait

Fashion
Abeey Kenalkan Prana di Panggung JF3, Koleksi Busana dengan Semangat Spiritual Mengalirkan Energi Kehidupan
Nama Prana diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti energi kehidupan atau napas yang menopang semesta.
Dwi Astarini - Sabtu, 02 Agustus 2025
Abeey Kenalkan Prana di Panggung JF3, Koleksi Busana dengan Semangat Spiritual Mengalirkan Energi Kehidupan
Fashion
'URUB' dan 'Les Fragments': Kolaborasi Lakon Indonesia dan Desainer Prancis di JF3 Fashion Show
Ingin menyalakan cahaya bagi ekosistem budaya kain tradisional di Indonesia
Dwi Astarini - Kamis, 31 Juli 2025
'URUB' dan 'Les Fragments': Kolaborasi Lakon Indonesia dan Desainer Prancis di JF3 Fashion Show
Lifestyle
POLICE Hadirkan Kolaborasi Perdana Bersama Tim Balap Mercedes-AMG Petronas
Di tengah tren ini, POLICE menghadirkan sebuah inovasi menarik yang mempertemukan dunia gaya dengan performa tinggi lewat kampanye ‘Race to Abu Dhabi’.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 27 Juli 2025
POLICE Hadirkan Kolaborasi Perdana Bersama Tim Balap Mercedes-AMG Petronas
Fashion
JF3 2025 Siap Digelar, Hadirkan Desainer Lokal dan Internasional dalam Satu Panggung Peraga
Melalui tema Recrafted: A New Vision, JF3 memperbarui komitmen terhadap kreativitas, keahlian, dan keberlanjutan.
Dwi Astarini - Rabu, 23 Juli 2025
JF3 2025 Siap Digelar, Hadirkan Desainer Lokal dan Internasional dalam Satu Panggung Peraga
Fashion
Sejauh Mata Memandang Rilis Koleksi Kolaborasi Unik bersama TULUS di Pameran Pasar Kita
Koleksi kolaborasi Sejauh Mata Memandang dan TULUS merupakan pengembangan visual yang memadukan sketsa tangan karya pribadi TULUS dengan ragam motif khas Sejauh.
Dwi Astarini - Senin, 21 Juli 2025
Sejauh Mata Memandang Rilis Koleksi Kolaborasi Unik bersama TULUS di Pameran Pasar Kita
Lifestyle
Dunia Fesyen Berduka! Hengki Kawilarang, Perancang Bintang New York Fashion Week Tutup Usia
Hengki Kawilarang dikenal sebagai desainer favorit para selebriti papan atas seperti Syahrini dan Krisdayanti
Angga Yudha Pratama - Jumat, 20 Juni 2025
Dunia Fesyen Berduka! Hengki Kawilarang, Perancang Bintang New York Fashion Week Tutup Usia
ShowBiz
The Devil Wears Prada 2 Tayang Mei 2026, Ceritanya tentang Relevansi Majalah Fesyen di Tengah Kejatuhan Industri Cetak
Sekuel The Devil Wears Prada akan tayang 1 Mei 2026. Miranda kembali, tapi kini harus bersaing dengan mantan asistennya di era industri fashion digital.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 24 Mei 2025
The Devil Wears Prada 2 Tayang Mei 2026, Ceritanya tentang Relevansi Majalah Fesyen di Tengah Kejatuhan Industri Cetak
Fashion
Sentuhan Eko Nugroho di Koleksi Karpet Terbaru Bersama Sejauh Mata Memandang
Koleksi ini tersedia dalam jumlah terbatas.
Dwi Astarini - Minggu, 18 Mei 2025
Sentuhan Eko Nugroho di Koleksi Karpet Terbaru Bersama Sejauh Mata Memandang
Fashion
JF3 Talk 2025 Meredefinisi Daya Saing Fesyen Indonesia di Panggung Global
Industri fesyen Indonesia memasuki tahap baru dengan tantangan nan makin nyata.
Dwi Astarini - Senin, 12 Mei 2025
JF3 Talk 2025 Meredefinisi Daya Saing Fesyen Indonesia di Panggung Global
Fashion
UNIQLO Luncurkan Koleksi Gaya Ikonis 'Roger Federer'
Koleksi ini terdiri dari deretan pakaian yang versatile dan sophisticated.
Dwi Astarini - Kamis, 01 Mei 2025
UNIQLO Luncurkan Koleksi Gaya Ikonis 'Roger Federer'
Bagikan