Tari Sanghyang Jaran: Tunggangi Boneka Kuda, Lewati Bara Api

Asty TCAsty TC - Senin, 14 Agustus 2017
Tari Sanghyang Jaran: Tunggangi Boneka Kuda, Lewati Bara Api

Penari Sanghyang Jaran melalui bara dengan kaki telanjang (Foto: ANTARA/wra)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEKERUMUN orang berpakaian adat duduk sambil menyanyikan sebuah tembang tanpa iringan musik. Di tengah-tengah ada penari membawa properti berupa kuda dari pelepah daun kelapa. Terlihat kesurupan dengan tatapan tak biasa, sang penari melewati setumpuk batok kelapa membara dengan kaki telanjang tanpa merasa kesakitan.

Itulah sekelumit gambaran tentang tari Sanghyang Jaran. Sanghyang sendiri merupakan tarian sakral, yang biasa dipentaskan dalam rangkaian upacara adat dan bertempat di pura. Selain itu, warisan budaya Pra-Hindu ini juga dimaksudkan sebagai penolak bala, misalnya saat musibah melanda suatu desa.

Tari ini membuka komunikasi spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Karena itulah sang penari harus menjalankan beberapa pantangan, seperti tidak boleh berbohong, berkata kasar atau kurang sopan, serta mencuri. Penari biasanya pria yang memenuhi persyaratan, bisa juga pemangku atau orang yang dianggap suci.

Untuk Sanghyang Jaran, tarian bisa dilakukan oleh satu atau beberapa penari. Kidung Sanghyang Jaran mengiringi dimulainya ritual pertama, yakni nusdus atau penyucian medium (penari dan boneka kuda). Setelah itu, masuk pada tahap masolah, di mana roh kuda tunggangan dewata memasuki boneka kuda sehingga mulai bergerak sendiri, penari pun kemasukan roh.

Layaknya kuda lumping, penari yang kerasukan memerankan lakon kesatria yang tengah menunggangi kuda. Bedanya, kali ini mereka bukannya melakukan aksi ekstrem makan beling, melainkan menari di atas bara api. Bara ini diciptakan dengan membakar setumpuk batok kelapa.

Sambil terus diiringi nyanyian, penari berjingkrak-jingkrak di atas bara, melompati bara, menendang bara. Anehnya, kaki mereka tidak mengalami luka bakar sedikit pun, hanya menghitam karena abu api.

Tahap terakhir, yaitu ngalinggihang, di mana penari dikembalikan kesadarannya. Roh yang merasuki medium dilepas kembali ke asalnya. Dalam proses ini, penari diperciki dengan air suci atau tirta. (*)

Baca juga artikel seputar tari kerauhan lainnya di sini: Ini Bahaya Yang Mengintai Penari Kuda Lumping Saat Kesurupan.

#Tari Tradisional #Tari Bali #Kesurupan
Bagikan
Ditulis Oleh

Asty TC

orang Jawa bersuara alto

Berita Terkait

Tradisi
Makna Mendalam dan Sejarah dari Tari Tortor dari Sumatra Utara
Tortor tidak hanya sekadar tarian, tetapi juga merupakan simbol ekspresi budaya yang penuh makna dan nilai-nilai spiritual.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 12 Desember 2024
Makna Mendalam dan Sejarah dari Tari Tortor dari Sumatra Utara
Lifestyle
Tari Serimpi, Begini Sejarah dan Makna Tarian Tradisional dari Jawa Tengah
Tari Serimpi adalah salah satu jenis tarian tradisional yang sangat populer dan telah berkembang sejak ratusan tahun lalu. Tarian ini berasal dari wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, dan telah menjadi bagian penting dari budaya seni tari di Indonesia.
ImanK - Sabtu, 24 Agustus 2024
Tari Serimpi, Begini Sejarah dan Makna Tarian Tradisional dari Jawa Tengah
Bagikan