Tahun 2023 Jadi Rekor Suhu Terpanas Sepanjang Sejarah Pencatatan Iklim


Logo BMKG (ANTARA/HO)
MerahPutih.com- Suhu panas yang terjadi belakangan tak hanya melanda Indonesia. Fenomena cuaca tersebut juga menyerang banyak negara di dunia.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, 2023 menjadi tahun penuh rekor temperatur.
Kondisi suhu panas tidak pernah terjadi sebelumnya, di mana heat wave (gelombang panas) terjadi banyak tempat secara bersamaan.
"Juli 2023 lalu, heat wave yang melanda Amerika barat bahkan mencapai 53 derajat celcius," ungkap Dwikorita dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa (21/11).
Baca Juga:
BMKG Ungkap Pemicu Panasnya Cuaca di Sejumlah Wilayah Indonesia
Dwikorita mengungkapkan, Juni hingga Agustus merupakan tiga bulan terpanas sepanjang sejarah. Kemudian, bulan Juli 2023 menjadi bulan paling panas.
Realitas evolusi iklim tersebut menjadikan tahun 2023 berpeluang menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim mengalahkan 2016.
Menurut Dwikorita, situasi ini terjadi merupakan dampak dari perubahan iklim yang juga memberi tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah langka dan menghasilkan apa yang dikenal dengan water hotspot.
Kondisi tersebut, juga semakin meningkatkan kerentanan terhadap stok pangan dunia.
FAO atau Organisasi Pangan dan Pertanian, kata Dwikorita, bahkan memprediksi jika hal ini terus terjadi maka di tahun 2050 mendatang bencana kelaparan akan terjadi akibat krisis pangan.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, lanjut dia, maka pemerintah bersama semua elemen masyarakat harus bekerja sama dan bergotong royong dalam melakukan aksi mitigasi.
"Mulai dari penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya," jelas Dwikorita.
Baca Juga:
BMKG: Cuaca Panas Terjadi Sampai Oktober, Kisaran 37,5 Derajat Celsius
Implementasi strategi mitigasi dan adaptasi, menurut Dwikorita, harus digencarkan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
Apalagi, tambahnya, suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik di masa yang akan datang.
Dwikorita juga menjelaskan peran penting BMKG dalam mendukung adaptasi dan mitigasi di luar sebagai penyedia data.
BMKG, kata dia, memiliki informasi, knowledge, dan wisdom terkait perubahan iklim di Indonesia (dan wilayah sekitarnya) yang dapat digunakan untuk kepentingan perencanan pembangunan nasional.
"Karenanya, pelibatan BMKG mutlak harus dilakukan untuk mendukung aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," sebut Dwikorita.
Sistem peringatan dini yang dibangun BMKG tidak hanya menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi, namun juga mendorong pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat.
"Kolaborasi di antara keduanya dapat semakin memperkuat early warning yang berdampak pada early action," pungkasnya. (Knu)
Baca Juga:
Minimalisasi Panas Ekstrem, Beberapa Negara Melakukan Cara Ini
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf

Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Gempa Dangkal Parigi Moutong Terasa Hingga Palu dan Poso, BKMG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Landa Parigi Moutong Sulteng Pagi Tadi, Sekolah Langsung Diliburkan

Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Tasikmalaya Pagi Ini

Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan pada Jumat, 29 Agustus 2025

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Lampung Pagi ini, BMKG Jamin Tak Berpotensi Tsunami

Prakiraan BMKG: Hujan Ringan di Sejumlah Kota pada Kamis, 28 Agustus, Lainnya Berawan Tebal

Hari Ini Jabodetabek Cerah Berawan Kecuali Bogor, Suhu Maksimal 33 Derajat Celcius
