Pilpres 2019

Survei Charta Politika, Elektabilitas Prabowo Subianto Meningkat

Eddy FloEddy Flo - Senin, 21 Mei 2018
Survei Charta Politika, Elektabilitas Prabowo Subianto Meningkat

Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya memaparkan hasil survei nasional konstelasi elektoral Pilpres 2019 pasca deklarasi Prabowo Subianto di Jakarta, Senin (21/5). (ANTARA FOTO/Dhemas Rev

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan hasil-hasil survei sebelumnya.

Menurut Direktur Eksekutif Chartika Politika Yunarto Wijaya dalam simulasi dua pasangan calon presiden head to head antara Jokowi dengan Prabowo. Jokowi mendapat 58,8 persen, sedangkan Prabowo meraih 30,0 persen, dan yang tidak memilih 11,2 persen.

"Pada pengujian secara head to head, elektabilitas Joko Widodo cukup jauh di bawah persaingnya. Gap paling dekat adalah pengujian antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto," jelas Yunarto saat merilis survei nasional bertajuk “Konstelasi Elektoral Pilpres dan Pileg 2019 Pasca Deklarasi Prabowo Subianto" di Jakarta, Senin (21/5).

Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya
Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya (MP/Ponco Sulaksono)

Hasil survei Charta Politica juga menunjukan bahwa mantan Prabowo mengalami peningkatan elektabilitas dibanding sebelum ia menyatakan siap maju sebagai capres di Pilpres 2019.

"Ada tendensi kenaikan dari Prabowo Subianto dari 14 persen ke 23 persen, dan ada penurunan sedikit elektabilitas Jokowi. Ada pengaruh dari deklarasi Prabowo di internal yang membuat elektabilitasnya naik," ungkap Yunarto.

Meski demikian, secara umum elektabilitas Jokowi dan PDI Perjuangan masih menempati posisi teratas dibandingkan dengan Prabwo dan Gerindra.

Yunarto Wijaya mengungkapkan, pada pengujian tingkat elektabilitas calon Presiden, dari tujuh nama yang diuji Jokowi menempati urutan teratas dengan 51,2 persen.

"Diikuti kemudian oleh Prabowo Subianto dengan 23,3 persen. Pada nama-nama lain, tingkat elektabilitas masih berada di bawah 10 persen," kata Yunarto saat memaparkan hasil survei lembaganya, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/5).

Pemaparan hasil survei Charta Politika di Jakarta
Pemaparan hasil survei Pilpres 2019 oleh Charta Politika di Jakarta (MP/Ponco Sulaksono)

Setelah Jokowi dan Prabowo, urutan ketiga diisi oleh Gatot Nurmantyo 5,5 persen, disusul Anies Baswedan 3,4 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 2,7 persen, kemudian Jusuf Kalla 2,0 persen dan Muhaimin Iskandar 0,6 persen.

Dari segi partai politik, terjadi kejutan yang cukup menggembirakan bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu berhasil menyalib Partai Demokrat dengan tingkat keterpilihan mencapai 7,0 persen.

Sebagaimana diterangan Yunarto, pada kategori pertanyaan pilihan partai, lima pilihan tertinggi masyarakat adalah PDIP 24,9 persen, Gerindra 12,3% persen, Golkar 11,0 persen, PKB 7,0 persen dan Partai Demokrat memperoleh 5,4 persen. Sementara partai lainnya masih berada di bawah 5 persen.

Bamsoet dan Ahmad Basarah
Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo (kiri) bersama Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya (tengah) dan Politisi PDIP Ahmad Basarah (kanan) menjadi pembicara pada paparan survei nasional konstelasi elektoral Pilpres 2019 (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Menyikapi hal itu, Wasekjen PDI Perjuangan, Ahmad Basarah mengatakan, bahwa hasil survei tersebut merupakan konsekuensi dari konsistensi partainya dan Jokowi dalam menjaga posisi ideologis sebagai partai yang mengusung gagasan nasionalisme.

"Dan Saya kira rakyat memberikan apresisai terhadap hal itu. Selain juga komitmen kami untuk selalu bekerja di tengah rakyat tidak dalam momen Pemilu saja tapi kami bekerja setiap hari dengan segenap energi dan sumber daya partai yang kami miliki," ujarnya.

"Begitu juga dengan Pak Jokowi sebagai presiden yang memiliki komitmen yang utuh untuk mendedikasikan dirinya membangun bangsa dan negara," kata Basara menambahkan.

Menurut Basara, yang terpenting bagi Jokowi dan PDI Perjuangan adalah tidak jumawa terhadap hasil yang di potret oleh berbagai lembaga survei yang menempatkan Jokowi dan partainya di posisi puncak.

"Justru menjadikan seluruh hasil survei menjadi cambuk untuk bekerja dengan tulus ikhlas ditengah masyarakat," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono menyebut survei Charta Politika sudah ketinggalan zaman. Ferry menilai, survei ini kurang berhasil dalam memotret perilaku pemilih.

"Saya melihat survei sudah ketinggalan jaman. Sekarang kita pegang big data. Kita bisa mempelajari perilaku pemilih," ujarnya.

Politikus Partai Gerindra Ferry Juliantono
Politikus Partai Gerindra Ferry Juliantono berikan keterangan terkait hasil survei Charta Politika (MP/Ponco Sulaksono)

Menurut Ferry, dari perilaku pemilih tersebut akan terlihat big data bahwa Jokowi tidak populer di tengah masyarakat. Selain itu, kata dia, kecenderungan masyarakat memilih Jokowi juga semakin menurun.

"Dan beberapa indikator belakangan ini tren penurunan Pak Jokowi. Kalau rupiah tembus 14.500 ngga jadi Pilpres kali. Udah berontak rakyat," tegasnya.

Selain mempunyai survei internal, lanjut dia, Gerindra juga memiliki referensi big data yang dapat menganalisis perilaku pemilih. Berdasarkan hal itu, Prabowo mengalami kenaikan elektabilitas meskipun tidak drastis.

"Kenaikan elektabilitas Pak Prabowo meskipun tidak drastis tapi meningkat terus itu berbanding dengan elektabilitas Pak Jokowi yang turunnya lebih tajam. Kita yakin," tuturnya.

Selain itu, Ferry menyebut kemenangan Mahathir Mohamad dari Najib Razak dalam Pemilu di Malaysia beberapa waktu lalu membuat mantan Danjen Kopassus itu semakin bersemangat menghadapi pemilu 2019.

"Pak Prabowo justru sekarang lebih semangat karena di Malaysia, kemenangan oposisi di Malaysia itu mempengaruhi semangat kami," ungkapnya.

Menurut Ferry kemenangan tokoh oposisi Malaysia itu menambah semangat Prabowo. Bahkan, kata dia, Prabowo semakin merasa muda karena umur Mahathir yang menjadi PM Malaysia di umur 92 tahun. Sedangkan Prabowo saat ini berumur 67 tahun.

"Jadi kita juga hampir, mudah-mudahan termotivasi kemenangan di Malaysia itu oposisi mudah-mudahan terjadi di Indonesia," pungkas Ferry Juliantono.(Pon)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Menebak Arti Silaturahmi Politik Airlangga Hartarto dan Cak Imin

#Pilpres 2019 #Hasil Survei #Prabowo Subianto #Elektabilitas Presiden Jokowi
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Respons Kecelakaan KA Bangunkarta, DPR Ingatkan KAI Target Zero Accident dari Prabowo
Keselamatan operasional kereta api harus menjadi prioritas utama demi mencegah terulangnya kecelakaan di jalur rel.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Respons Kecelakaan KA Bangunkarta, DPR Ingatkan KAI Target Zero Accident dari Prabowo
Indonesia
Prabowo Mau Tambah Rangkaian KRL, Waktu Tunggu Jadi Lebih Pendek di Jam Krusial
Presiden RI, Prabowo Subianto, ingin menambah 30 rangkaian KRL. Komisi V DPR menyebutkan, bahwa waktu tunggu KRL bakal jadi lebih pendek di jam krusial.
Soffi Amira - Rabu, 05 November 2025
Prabowo Mau Tambah Rangkaian KRL, Waktu Tunggu Jadi Lebih Pendek di Jam Krusial
Indonesia
Ternyata, Prabowo Andalkan Duit dari Sini untuk Alokasi Bayar Utang Whoosh
Saat ini, Indonesia memiliki kewajiban pembayaran utang untuk proyek kerata Whoosh sekitar Rp 1,2 triliun per tahun kepada China.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Ternyata, Prabowo Andalkan Duit dari Sini untuk Alokasi Bayar Utang Whoosh
Indonesia
Prabowo Alokasikan Rp 5 Triliun untuk Tambah 30 Rangkaian KRL, ini Respons Komisi V DPR
Presiden RI, Prabowo Subianto, mengalokasikan Rp 5 triliun untuk menambah rangkaian KRL. Komisi V DPR pun mendukung hal tersebut.
Soffi Amira - Rabu, 05 November 2025
Prabowo Alokasikan Rp 5 Triliun untuk Tambah 30 Rangkaian KRL, ini Respons Komisi V DPR
Indonesia
Prabowo Minta Utang Whoosh Jangan Lagi Dipolitisasi, Tegaskan Bukan Proyek Untung-Rugi
Prabowo menekankan proyek transportasi publik seperti Whoosh tidak seharusnya dilihat dari sisi keuntungan finansial semata, melainkan dari manfaatnya bagi masyarakat.
Wisnu Cipto - Selasa, 04 November 2025
Prabowo Minta Utang Whoosh Jangan Lagi Dipolitisasi, Tegaskan Bukan Proyek Untung-Rugi
Indonesia
Prabowo soal Utang Whoosh: Enggak Usah Khawatir, Saya Tanggung Jawab Semuanya
Presiden RI, Prabowo Subianto, angkat bicara soal polemik utang Whoosh. Ia mengatakan, bahwa masyarakat tak perlu khawatir.
Soffi Amira - Selasa, 04 November 2025
Prabowo soal Utang Whoosh: Enggak Usah Khawatir, Saya Tanggung Jawab Semuanya
Indonesia
Prabowo Minta KRL Ditambah, Siap Kucurkan Anggaran hingga Rp 5 Triliun
Presiden RI, Prabowo Subianto, meminta rangkaian KRL ditambah. Ia mengatakan, bahwa siap mengucurkan anggaran hingga Rp 5 triliun.
Soffi Amira - Selasa, 04 November 2025
Prabowo Minta KRL Ditambah, Siap Kucurkan Anggaran hingga Rp 5 Triliun
Indonesia
Prabowo Minta KAI Tidak Usah Khawatir Utang Whoosh: Saya Tanggung Jawab!
Presiden juga meminta agar isu utang Whoosh tidak dipolitisasi
Wisnu Cipto - Selasa, 04 November 2025
Prabowo Minta KAI Tidak Usah Khawatir Utang Whoosh: Saya Tanggung Jawab!
Indonesia
Anak Buah Prabowo di DPR Setuju Dukung Proyek KAI Tambah Gerbong Anyar
Fraksi Gerindra menyatakan dukungan penuh terhadap langkah KAI menambah gerbong kereta, khususnya untuk KRL di wilayah Jabodetabek.
Wisnu Cipto - Selasa, 04 November 2025
Anak Buah Prabowo di DPR Setuju Dukung Proyek KAI Tambah Gerbong Anyar
Indonesia
Dipanggil ke Istana, Ignasius Jonan Siap Bekerja untuk Pemerintah Prabowo
Jonan menyatakan kesiapannya untuk kembali mengabdi di pemerintahan apabila diberikan amanah oleh Presiden Prabowo.
Wisnu Cipto - Selasa, 04 November 2025
Dipanggil ke Istana, Ignasius Jonan Siap Bekerja untuk Pemerintah Prabowo
Bagikan