Sungai Jingah, Kota Tua dengan Rumah-rumah Kayu Khas Banjar


Rumah adat Banjar yang jadi destinasi wisata. (Foto: instagram@akbar_thegreat)
SUKU Banjar merupakan salah satu suku di Kalimantan Selatan. Selain di Kalsel, suku Banjar menyebar ke Kalimantan Tengah, Kalimatan Timur, hingga ke luar pulau. Suku Banjar terkenal kuat menjaga khazanah kekayaan budayanya.
Kalau kamu ingin mengenal suku Banjar, salah satunya bisa datang ke kota tua atau kampung lama di Sungai Jingah. Di sana kamu dapat melihat bagaimana rumah-rumah tua asli Banjar yang dibuat dari kayu.
1. Sungai Jingah kampung museum budaya Banjar

Gubernur Kalsel Haji Sahbirin Noor saat acara Aksi Sapta Pesona 2018 di kampung tua Sungai Jingah mengatakan Sungai Jingah memiliki belasan rumah tua. Ke depan wilayah ini dijadikan kampung tua sebagai destinasi wisata.
Sungai Jingah bukan saja memiliki rumah-rumah tua, juga memiliki banyak kebudayaan lama yang terpelihara dengan baik, seperti budaya kuliner, budaya membuat kain Sasirangan, serta budaya-budaya aneka kehidupan lainnya.
"Baik rumah serta budaya-budaya tersebut kesemuanya sangat potensial dijual kepada wisatawan, makanya ini akan dipublikasikan lebih luas lagi sebagai kawasan wisata di Kalsel," kata Haji Sahbirin Nor yang lebih dikenal dengan sebutan Paman Birin yang sebagian masa kecilnya dihabiskan di kampung Sungai Jingah itu, seperti dikutip Antara.
2. Kampung bersejarah yang sudah ada sejak abad 19

Berdasarkan tulisan Zulfaisal Putra yang dilansir sebuah laman menyebutkan Kampung Rumah Banjar Sungai Jingah terletak pada irisan dua kelurahan, yaitu Kelurahan Surgi Mufti dan Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Kampung yang berdiri deretan rumah asli Banjar ini menyisir jalan Sungai Jingah sepanjang dua kilometer dan bersisian dengan Sungai Martapura. Kampung Rumah Banjar Sungai Jingah diperkirakan mulai dibangun pada pertengahan abad ke-19. Hal ini berdasarkan pondasi dan bahan bangunan rumah Banjar yang terdiri dari kayu ulin.
Selain itu, pada kampung ini juga terdapat makam Syekh Jamaluddin, cicit (buyut) Datu Kalampaian (Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari) dari pasangan Hj. Zalekha binti Pangeran Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan H. Abdul Hamid Kusasi bin Syarifah binti Umpil bin Mu'min (seorang menteri di zaman Kesultanan Banjar) yang wafat pada tanggal 8 Muharam 1348 atau 16 Juni 1929 M dan dimakamkan di depan rumah beliau di kampung Sungai Jingah Banjarmasin pada hari Ahad, 9 Muharam 1348 H jam 2 siang, yang sampai sekarang dengan nama Kubah Sungai Jingah atau Makam Datu Surgi Mufti Jamaludin.
Di kawasan ini dahulunya memiliki beberapa saudagar kaya, salah satunya adalah H. Muhammad Said Nafis. Rumah beliau di Sungai Jingah berada dekat Kubah Surgi Mufti, tepatnya di arah sisi barat kubah tersebut. Namun sayangnya, salah satu rumah beliau berarsitektur Eropa sudah dirobohkan oleh ahli warisnya.
Selebihnya adalah rumah-rumah para kadi dan rakyat biasa. Namun arsitektur rumah Banjar yang dominan adalah rumah Banjar Baanjung Dua. Terdapat juga rumah Banjar Bubungan Tinggi, dan beerapa lagi jenis rumah banjar lainnya.
Ada sekitar 100 unit rumah banjar di sepanjang kampung tersebut. Kondisinya sebagian besar masih asli. Ada beberapa yang hancur dan tak dihuni.
Kecuali Makam Surgi Mufti yang sudah menjadi cagar budaya sejak Tahun 2011, keberadaan rumah-rumah Banjar di Kampung Sungai Jingah ini tampaknya belum dikelola secara serius oleh Pemerintah Kota Banjarmasin, sebagai pemilik wilayah dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Kampung tua sebagai kota pusaka tujuan wisata

Kampung Rumah Banjar Sungai Jingah ini sebagai Kota Tua, Kota Pusaka, atau Desa Wisata, maka Banjarmasin dan Kalimantan Selatan akan memiliki sebuah destinasi wisata yang khas karena bukan hanya keberadaan rumah adat asli tetapi juga sungai yang mendampinginya yang tidak ada di kota mana pun.
Rumah-rumah itu pun bisa difungsikan dan penghuninya diberdayakan dengan usaha ekonomi kreatif, memfungsikan beberapa rumah menjadi rumah makan khas Banjar lesehan, tempat penjualan suvenir khas Banjar, studi foto pakaian adat, museum budaya Banjar, dan penginapan dengan suasana tempo dulu, yang semuanya dikelola oleh pemilik rumah bekerja sama dengan pihak ketiga.
Sementara sepanjang jalannya dipasang lampu lampu hias dan beberapa ornamen Banjar. Tentu akan lebih hidup jika bangunan di tepi sungai dibebaskan dahulu lahannya sehingga perahu kecil (jukung) dan klotok bisa menambat untuk menaikan dan menurunkan penumpang para wisatawan. (zul)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Sup Saudara, Sotonya Sulawesi Selatan yang Banyak Disukai
Bagikan
Berita Terkait
Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi

4 Pariwisata Bahari di Pulau Enggano, Wajib Masuk Bucket List Traveling

Monumen Kapal Lampulo, Saksi Bisu Dahsyathya Tsunami Aceh

5 Destinasi Wisata untuk Habiskan Pergantian Tahun di Sumatra Utara

3 Destinasi Sejuk Dalam Negeri untuk Liburan Akhir Tahun

Kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Denda Buat Jingle untuk Labuan Bajo

IShowSpeed Belajar Kosakata 'Minggir Lo Miskin' di Yogyakarta

Jelajahi Keindahan dan Pengalaman Liburan dengan Kapal Liveaboard di Labuan Bajo

5 Tempat Wisata Sejarah di Banten, Penuh Peninggalan Kesultanan

5 Destinasi Wisata Favorit Wisatawan di Provinsi Banten
