Streetwear, Dari Gerakan Protes ke Industri Miliaran


Dari gerakan antikemapanan dan antiarus utama, streetwear ternyata berkembang lebih jauh ke arah bisnis miliaran dolar dan malah menjadi arus utama. (Pixabyte)
STREETWEAR adalah gaya pakaian yang mulai populer pada dekade 1980-an. Gaya ini berasal dari para penggemar musik hip-hop dan punk serta anak-anak muda penyuka olahraga skateboard dan selancar. Gaya ini dianggap menunjukkan karakter anak-anak muda : kebebasan dan kesantaian.
Meski terbilang santai dan sederhana, streetwear berkembang sebagai industri pakaian bernilai miliaran dolar. Ini berkat ulah Shawn Stussy, seorang peselancar kelahiran California, Amerika Serikat. Dia awalnya hanya iseng menulis namanya di papan selancar, baju, celana, dan topi. Banyak orang menyukai desainnya sehingga dia mulai menyeriusi produknya dan membuatnya jadi komersial.

Selain Shawn, James Jebia juga ikut mempopulerkan streetwear di New York, dia pendiri jenama Supreme. Sedangkan di Jepang terdapat Hiroshi Fujiwara dan Nigo. Keduanya disc jockey dan desainer yang membangun jenama pakaian yang dikenal dengan A bathing Ape.
Baca juga:
Orang-orang itu berandil menyebarkan pengaruh streetwear ke berbagai pelosok bumi. Bagi kaum muda, streetwear bukanlah sekadar fenomena budaya, melainkan sebentuk gerakan protes terhadap jenama pakaian konvensional atau tradisional. Jenama-jenama itu menjual pakaian kelewat mahal bagi banyak anak-anak muda yang ingin tetap keren. Karena itu, muncullah gerakan streetwear. Keren tak harus mahal, itulah kredo anak-anak streetwear.
"Jenama-jenama pakaian tradisional tak akan memberikan banyak pilihan kepada kelompok musisi atau bintang olahraga sehingga mereka tidak punya pilihan selain membuat gaya dan definisi sendiri tentang gaya berpakaian. Juga tentang apa arti fesyen bagi mereka," catat laman vocast.com
Dari gerakan antikemapanan dan antiarus utama, streetwear ternyata berkembang lebih jauh ke arah bisnis miliaran dolar dan malah menjadi arus utama. Merk-merk seperti Stussy dan Supreme menjadi yang paling banyak dicari.
Perkembangan streetwear juga ditandai dengan masuknya jenama-jenama pakaian ternama seperti Adidas dan Nike. Mereka merambah pasar streetwear sehingga mengerek harganya menjadi lebih mahal dari semula.
Eksklusivitas seperti edisi terbatas dan hasil kolaborasi menjadi salah satu taktik penjualan yang bertujuan untuk mempromosikan perasaan unggul bagi konsumen. Bahkan tak jarang karena kelangkaannya, barang tersebut bisa dijual kembali dengan dengan harga yang lebih fantastis.
Baca juga:
Hal tersebut membuat streetwear berbeda dibandingkan kebanyakan genre fesyen lainnya karena pertumbuhannya tak didorong oleh merek, melainkan oleh keinginan dan pencarian konsumen.
Pada dasarnya, streetwear merupakan pakaian sederhana dan mengutamakan kenyamanan seperti kaos dengan hoodie. Adanya edisi terbatas membuat streetwear terasa lebih modis.
Karakteristik lain streetwear adalah adanya kombinasi antara pakaian kerja dan olahraga. Selain itu, ada pula unsur seni kontemporer yang dihasilkan dari kolaborasi dengan seniman terkemuka.

Sejumlah desainer busana kemudian memberikan beberapa tips kepada penyuka streetwear yang ingin selalu tampil keren. Pertama, mereka harus membeli sepatu kets karena sepatu kets seringkali menjadi bagian terpenting dan termahal, Kedua, loyalitas terhadap satu merek saja.
Ketiga, berani mix and match, misalnya kaos polos dipadukan dengan jaket denim atau lainnya. Keempat, jadilah diri sendiri karena sejatinya streetwear mendorong seseorang untuk menjadi dirinya sendiri.
Pada 2010-an, Complex Magazine menobatkan Stüssy, Supreme, dan A bathing Ape sebagai merek pakaian streetwear terbaik. Sampai saat ini streetwear pun masih sangat digemari oleh kalangan anak muda. (nab)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Abeey Kenalkan Prana di Panggung JF3, Koleksi Busana dengan Semangat Spiritual Mengalirkan Energi Kehidupan
'URUB' dan 'Les Fragments': Kolaborasi Lakon Indonesia dan Desainer Prancis di JF3 Fashion Show

POLICE Hadirkan Kolaborasi Perdana Bersama Tim Balap Mercedes-AMG Petronas
JF3 2025 Siap Digelar, Hadirkan Desainer Lokal dan Internasional dalam Satu Panggung Peraga
Sejauh Mata Memandang Rilis Koleksi Kolaborasi Unik bersama TULUS di Pameran Pasar Kita

Dunia Fesyen Berduka! Hengki Kawilarang, Perancang Bintang New York Fashion Week Tutup Usia

The Devil Wears Prada 2 Tayang Mei 2026, Ceritanya tentang Relevansi Majalah Fesyen di Tengah Kejatuhan Industri Cetak

Sentuhan Eko Nugroho di Koleksi Karpet Terbaru Bersama Sejauh Mata Memandang

JF3 Talk 2025 Meredefinisi Daya Saing Fesyen Indonesia di Panggung Global

UNIQLO Luncurkan Koleksi Gaya Ikonis 'Roger Federer'
