Stop Sebut Etnis Tionghoa dengan Non Pribumi


Agni Malagina dosen Program Sastra Cina Universitas Indonesia (Foto: MP/Noer Ardiansyah)
MerahPutih Nasional - Sebutan pribumi dan non pribumi saat ini, sarat akan perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan atau Sara. Dan biasanya, sebutan pribumi diperuntukkan bagi etnis lokal sementara non pribumi bagi etnis Tionghoa dan pendatang.
Dosen dari Program Sastra Cina Universitas Indonesia (UI), Agni Malagina mengatakan, sudah tidak tepat lagi menyebut khususnya etnis Tionghoa sebagai non pribumi.
"Pertanyaannya, apakah saya atau kita yang konon bukan keturunan Cina, Arab, ini benar pribumi? Mengingat kawin campur silang budaya di nusantara ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam," kata Agni kepada merahputih.com, Jumat (29/4).
Menurut Agni, persinggungan ras antara warga lokal khususnya Melayu dengan Tionghoa telah terjadi sejak ratusan silam.
"Keturunan Tionghoa yang sudah bergenerasi, tentunya sudah menjadi lekat dengan pribumi. Kedekatan juga diperlihatkan dengan hubungan sosial, pengaruh budaya (misal pada makanan, batik, rumah, pengolahan garam, dll). Orang-orang pribumi dan Tionghoa juga banyak yang berasimilasi sempurna dengan kawin-mawin," kata dia.
Agni pun mengingatkan soal kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia, yang juga banyak sekali sejak ratusan tahun lalu sampai masa sekarang.
"Mungkin yang perlu dilakukan adalah memperbesar rasa toleransi, saling menghargai, dan menjunjung tinggi landasan hukum kita," kata dia.
Sebagai warga negara yang berlandaskan Pancasila, menurut Agni, kita perlu memperbesar semangat Bhineka Tunggal Ika.
"Semangat Bhineka Tunggal Ika pun mewakili semangat kebersamaan, sehingga rasanya, cara pandang kita kepada etnis yang berbeda bisa berdasarkan semangat ini," tutup dia.(Ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025

Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian

Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China

Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa

Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo

Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon

PITI Kunjungi MUI Pusat demi Kolaborasi Tuntaskan Masalah Keumatan dan Kebangsaan
PITI Kunjungi Muhammadiyah Kuatkan Sinergi Demi Merawat Harmonisasi Bangsa

Usai Dilantik, Lexyndo Hakim: Lahirnya PITI Bukti Islam dan Tionghoa Sangat Dekat
