Siswa Makin Kesulitan Belajar saat PSBB, Kurikulum Darurat Perlu Direalisasikan


Kegiatan belajar siswa Pontianak di rumah. (ANTARA/Andi L)
MerahPutih.com - Pengamat pendidikan Tubus Rahadiansyah menilai, diperlukan kurikulum darurat sebagai panduan bagi para siswa yang saat ini belajar di rumah akibat pandemi COVID-19. Menurut Trubus, kurikulum darurat diperlukan karena tak semua siswa mampu belajar secara online.
"Kuota internet pun jadi terbatas. Guru itu sendiri banyak yang gaptek dan materi yang disampaikan tak sesuai," kata Trubus kepada merahputih.com di Jakarta, Senin (4/5).
Baca Juga:
Trubus melanjutkan, di tengah situasi yang ada saat ini, diperlukan suatu kurikulum spesifik.
"Fokusnya bagaimana anak didik biasa belajar mandiri. Ini membenahi kurikulum kita yang reguler. Ini perlu diciptakan karena berpotensi ada bencana lainnya," jelas pengajar dari Universitas Trisakti ini.
Trubus menyebut, tahun ajaran baru yang bakal diadakan pada Juli nanti semestinya dilanjutkan saja.
"Kan ada aturannya soal pembelajaran jarak jauh. Supaya tak mengurangi hak konstitusional pendidikan. kalau ditunda Desember, belum tentu COVID-19 itu selesai Desember," ungkap Trubus.

"Jangan terjeda karena merugikan peserta didik dan masa depan jadi mundur. Formulasinya dibuat fleksibel karena tak semua daareh memilik fasilitas internet," tambah dia.
Trubus meyakini, kurikulum darurat ini bersifat jangka panjang dan dapat digunakan di saat-saat darurat lainnya.
"Skenario pendidikan ini berguna jangak pendek menghadapi krisis COVID-19 dan jangka panjang jika suatu saat nanti Indonesia menghadapi ancaman bencana atau kedaruratan lainnya," kata dia.
Menurutnya, kurikulum darurat masa krisis penting untuk didesain. Sebab kondisi masyarakat, orang tua, siswa, guru, dan sarana prasarana penunjang pendidikan (sekolah) saat ini sangat serba terbatas.
Trubus melanjutkan, keterbatasan itu dilihat dari segi ketersediaan sarana dan media pembelajaran, kompetensi, dan akses terhadap sarana atau media pembelajaran itu sendiri.
Belum lagi adanya keterbatasan interaksi langsung, karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Pembiayaan, waktu yang terbatas dan pengelolaan pembelajaran pada umumnya juga menjadi kendala," tambah dia.
Baca Juga:
Kemendikbud: Kolaborasi Kunci Kesuksesan Kegiatan Belajar Mengajar dari Rumah
Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta adanya kurikulum adaptif yang bisa digunakan pada kondisi tertentu.
"Jika tidak ada, maka ini potret yang tidak adil bagi siswa dan guru. Tak heran jika selama PJJ siswa merasa terbebani," lanjut FSGI.
Untuk itu, standar isi, standar proses, standar penilaian sampai standar kompetensi lulusan, menjadi hal empat hal penting untuk disesuaikan.
Dibuatnya kurikulum darurat dengan menyesuaikan empat standar nasional pendidikan itu, pastinya akan mengurangi beban guru sekaligus siswa. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Aksi Demonstrasi Bikin Suasana Kurang Kondusif, Beberapa Sekolah Terapkan PJJ pada Senin (1/9)

Ombudsman Dorong Polri Lakukan Evaluasi Sistem Pendidikan di Kepolisian

Mengapa Universitas Kelas Dunia Memperhatikan Ekstrakurikuler?
