Seniman Betawi Legendaris yang Tak Pernah Tergantikan


Para seniman Betawi yang tak pernah tergantikan (Foto: Ist)
SENIMAN Betawi memiliki peranan besar dalam menjaga autentifikasi budaya Betawi yang semakin tergerus zaman. Tak hanya berbicara dalam logat Betawi yang kental, mereka juga menghidupkan kesenian Betawi (lenong), membintangi film yang sarat akan budaya Betawi hingga menyanyikan lagu Betawi.
Beberapa di antaranya bahkan cukup produktif dalam menciptakan lagu yang mendeskripsikan potret Betawi. Meskipun raga mereka telah mati, karya-karyanya tak pernah mati dan terkenang abadi. Berikut seniman Betawi legendaris:
Baca juga:
1. Omas

Perempuan bernama lengkap Omaswati ini merupakan aktris dan pelawak Indonesia yang lahir di Jakarta, 3 Mei 1966. Adik dari seniman Betawi, Mandra ini juga dikenal sebagai pemain lenong senior. Tak hanya aktif di panggung teater, bakat aktingnya juga kerap terpampang di layar kaca lewat sejumlah sinetron yang diperankannya.
Salah satu ciri khas dari Omas adalah gaya bicara yang ceplas ceplos dan apa adanya. Dirinya menghembuskan napas terakhir pada Kamis (16/7) karena penyakit diabetes.
2. Benyamin Sueb

Berbicara tentang seniman Betawi yang melegenda takkan lengkap tanpa menyebut nama Benyamin Sueb. Menurut informasi yang dilansir dari Wikipedia, darah seni diturunkan pada seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 oleh kakeknya, Saiti (peniup klarinet) dan Haji Ung (pemain teater rakyat). Di usia enam tahun, Benyamin dan ketujuh kakaknya sudah aktif di Orkes Kaleng.
Jasa besar Bang Ben, begitu sapaannya di dunia musik tampak dari usahanya mengembangkan seni tradisional Betawi salah satunya Gambang Kromong.
Baca juga:
Tak hanya aktif di dunia musik, di dunia seni peran Bang Ben juga merupakan aktor Betawi yang diperhitungkan. Film yang melambungkan namanya di antaranya Biang Kerok, Banteng Betawi hingga Si Doel. Bang Ben menghembuskan napas terakhir pada 5 September 1995 karena serangan jantung.
3. Ismail Marzuki

Ismail Marzuki adalah pemuda Betawi yang merupakan salah satu komponis terbaik negeri ini. Lahir di Kwitang, 11 Mei 1914, Ismail menjelma sebagai musisi paling produktif sejak usia remaja. Di usia 17 tahun ia telah mengarang lagu berjudul O Sarinah. Empat tahun kemudian, ia kembali menciptakan lagu keroncong berjudul Keroncong Serenata.
Namanya melambung berkat lagu Rayuan Pulau Kelapa dan saat mengisi lagu untuk film Terang Bulan. Jasanya yang tiada tara bagi perkembangan musik keroncong membuatnya didapuk sebagai salah satu pahlawan nasional.
Pada tahun 1968 namanya diabadikan dalam pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat yakni Taman Ismail Marzuki. Sang komponis jenius menghembuskan napas terakhirnya pada 25 Mei 1958 karena penyakit paru-paru.
4. Bokir

Pria bernama lengkap H. Muhammad Bokir bin Djiun ini lahir di Cisalak, 25 Desember 1925. Darah seni diwariskan oleh sang ayah, Djiun yang merupakan seniman topeng di masa kolonial Belanda. Kiprah kesenian Betawinya dimulai sebagai pemain rebab.
Setelah bergelut sebagai pemain rebab san kendang, Bokir pun mengikuti jejak sang ayah menjadi seniman topeng Betawi sejak menginjak usia 13 tahun. Konsistensi Bokir dalam mengembangkan seniman topeng Betawi mengantarnya sebagai ketua grup topeng Betawi bernama Setia Warga.
Di tahun 1970-an grup yang ia pimpin tersebut cukup aktif manggung di berbagai tempat di sekitar Jabodetabek. Tak hanya tampil dari panggung ke panggung, grup topeng Bokir juga pernah disiarkan di TVRI.
Selain aktif sebagai seniman topeng Betawi, Bokir juga cukup aktif di dunia perfilman tanah air. Wajahnya menghiasi sederet film era 1980-an. Bokir juga kerap kali memberi sentuhan humor pada film horor Suzanna seperti Sundel Bolong, dan Malam Jumat Kliwon.
Ia juga sempat beradu akting dengan seniman Betawi legendaris lainnya, Benyamin Sueb dalam Betty Bencong Slebor. Bokir menghembuskan napas terakhirnya pada 18 Oktober 2002 karena tekanan darah tinggi yang dideritanya sekian lama.
5. Mpok Nori

Perempuan bernama asli Nuri Sarinuri tersebut lahir di Batavia, 10 Agustus 1930. Semula Mpok Nori muda bercita-cita menjadi juru rawat. Namun sang ayah yang merupakan pemain rebab di grup Topeng Betawi memintanya untuk menghidupkan kebudayaan Betawi.
Karir seni Betawi Mpok Nori dimulai saat ia tampil di pentas lenong Betawi bersama rekannya sesama seniman Betawi, Bokir. Namanya semakin dikenal publik berkat penampilannya di Pepesan Kosong.
Mpok Nori dikenal akan karakter khasnya yang ceplas ceplos dan memiliki suara melengking. Mpok Nori meninggal di dunia pada 3 April 2015 karena penyakit asma. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
'Biang Kerok: Pameran Arsip Benyamin Suaeb' Hidupkan Kembali Karya-Karya Bang Ben
Sisitipsi Aransemen Ulang Lagu 'Juwita Malam' Karya Ismail Marzuki
