Selamatkan Bumi dengan Tak Beli Pakaian Baru


Alasan berhenti membeli pakaian baru. (Foto: Pixabay/Pexels)
MODEL bisnis fesyen pertama kali dikembangkan pada awal 2000-an yang bertanggung jawab atas peningkatan permintaan konsumen dalam jumlah tinggi dengan pakaian yang berkualitas rendah. Banyak produk fesyen saat ini yang sedang dirancang dan dibuat khusus untuk kepemilikan jangka pendek. Kualitas pakaian yang semakin menurun seiring dengan biayanya membuat peningkatan tingkat konsumsi produk fesyen yang diproduksi secara massal.
Industri fesyen adalah salah satu industri yang paling berpolusi di dunia. Menghasilkan 20 persen dari air limbah global dan 10 persen dari emisi karbon global. Hal ini diperkirakan bahwa pada tahun 2050 akan meningkat menjadi 25 persen.
Baca juga:
Intip 4 Tren Fesyen 2022, Mulai dari Warna sampai Model Pakaian
Oleh karena itu, sebagai seorang konsumen, kita harus lebih perpikir mengenai keberlangsungan bumi. Perubahan gaya hidup kecil dapat menciptakan dampak berkelanjutan yang besar. Jadi di sini adalah empat hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum membeli pakaian baru.
1. Berpikir sebelum membeli

Sebelum membeli lebih banyak pakaian baru dan berkontribusi terhadap meningkatnya polusi, kita perlu memikirkan opsi alternatif. Tidak hanya menghemat uang kita, tetapi juga membantu lingkungan. Pilihan ini termasuk menggunakan apa yang kita miliki, meminjam, bertukar, thrifting dan membuat sendiri. Membeli barang-barang baru harus dilihat sebagai pilihan akhir, setelah semua opsi lain dipertimbangkan.
Perempuan sering merasa sudah tidak memiliki pakaian pada saat lemari mereka penuh dengan pakaian baru. Untuk mencegah hal ini, kamu bisa bertukar beberapa barang dengan temanmu sehingga kamu akan merasa seperti mempunyai barang baru. Belakangan ini, beberapa orang juga menyulam untuk membuat pakaian, boneka hingga topi mereka sendiri. Hal ini bisa kamu lakukan sebagai hobi baru mengingat situasi pandemi yang masih membatasi dirimu untuk tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah.
Baca juga:
2. Beli barang yang sudah disukai sebelumnya

Beli lah suatu barang jika kamu memang sudah lama menyukainya dan tidak mungkin untuk membuat sendiri barang itu. Jika perlu, kamu bisa mencari barang yang kamu sukai pada toko barang bekas sehingga kamu akan membantu lingkungan dengan mencegah orang-orang membuang hal yang sudah tidak diinginkan mereka.
3. Membuang secara bertanggung jawab

Selain mempertimbangkan di mana kita membeli pakaian, kita juga harus mempertimbangkan pilihan akhir saat akan membuang barang-barang tersebut. Diperkirakan bahwa pakaian bermerek mahal sekalipun akan berakhir ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya. Banyak dari barang-barang fesyen yang dibuat dari serat sintetis, yang berarti jika dibuang akan memakan waktu selama 20-200 tahun untuk terurai. Kamu harus mempertimbangkan menyumbangkan pakaian untuk amal, mendaur ulang, menggunakan kembali, memperbaiki dan membagikan barang-barang kepada teman atau keluarga.
Bertanggung jawab atas pembuangan pakaian merupakan hal penting untuk menciptakan perubahan berkelanjutan bagi masa depan industri fesyen. Saat ini, pembeli pakaian memiliki lebih banyak pengaruh dan kemampuan untuk menciptakan perubahan daripada sebelumnya. (Tel)
Baca juga:
Kota Kelahiran Virgil Abloh Tetapkan 1 Desember Jadi 'Virgil Abloh Day'
Bagikan
Berita Terkait
Adidas dan Tim Audi F1 Umumkan Kerja Sama, Koleksi Terbaru Debut 2026

Wondherland 2025: Fashion & Fragrance Festival dengan Pengalaman Belanja Paling Personal

Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue

Moscow Fashion Week Perkuat Relasi dengan Indonesia

Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Dukung Gerak Aktif dalam Balutan Gaya, Dilengkapi Teknologi Terkini untuk Kenyamanan Pengguna

The Best Jeans For Every Body: Koleksi Denim Terbaru UNIQLO Hadir Lebih Lengkap

Tampil di BRICS+ Fashion Summit in Moscow, Indonesia Soroti Industri Manufaktur Berkelanjutan
