Sejarah dan Filosofi di Balik Bentuk Celurit Senjata Tradisional Madura


Celurit (Foto: Alukghuluk)
MerahPutih.com - Celurit menjadi salah satu senjata tradisional yang sangat identik dengan budaya Madura, sebuah pulau yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa.
Senjata tradisional dari Madura ini memiliki bentuk melengkung menyerupai bulan sabit, yang membuatnya mudah dikenali. Selain fungsinya sebagai alat pertanian, celurit juga memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya masyarakat Madura.
Baca juga:
Tenteng Celurit Cari Lawan Sambil Live di Instagram, Geng Motor Diringkus Polisi
Asal Usul dan Sejarah Celurit
Sejarah celurit tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat agraris Madura. Awalnya, senjata ini digunakan sebagai alat untuk keperluan sehari-hari, terutama dalam bidang pertanian.
Bentuknya yang melengkung dan tajam sangat efektif digunakan untuk memotong rumput atau sebagai alat pembersih lahan pertanian. Namun, seiring waktu, celurit juga beralih fungsi menjadi senjata untuk melindungi diri atau kelompok, terutama saat terjadi konflik atau perlawanan terhadap penjajah.
Pada masa penjajahan Belanda, celurit menjadi salah satu senjata yang digunakan oleh para pejuang Madura untuk melawan penindasan. Dalam konteks sejarah, celurit tidak hanya menjadi simbol ketangguhan dan keberanian masyarakat Madura, tetapi juga menunjukkan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan.
Baca juga:
Filosofi di Balik Celurit
Meski terlihat sederhana, celurit menyimpan filosofi mendalam bagi masyarakat Madura. Bentuknya yang melengkung menyerupai bulan sabit melambangkan siklus kehidupan, keseimbangan, dan keselarasan dengan alam. Masyarakat Madura percaya bahwa kehidupan harus dijalani dengan kehati-hatian dan keseimbangan, dan hal tersebut tercermin dalam bentuk celurit yang mengajarkan pengguna untuk bijak dalam bertindak.
Celurit juga sering diasosiasikan dengan harga diri dan kehormatan. Di Madura, kehormatan keluarga dan diri adalah hal yang sangat dijunjung tinggi, sehingga celurit kadang digunakan sebagai simbol untuk melindungi kehormatan tersebut, terutama dalam tradisi carok.
Carok adalah tradisi pertarungan antarpria yang dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan, di mana celurit digunakan sebagai senjata utama. Meski kini praktik carok sudah berkurang, sejarah ini masih menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Madura. (far)
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Beri Sinyal Indonesia Dukung Qatar yang Baru Diserang Israel

Pengamat Ingatkan Indonesia Bisa Seperti Nepal, Fenomenanya Mirip Pejabat Flexing dan Korup

Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf

Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Demi Percepat Pembangunan, Komisi V DPR Usulkan Pembentukan Badan Otorita Pengembangan Madura

Raih Emas Terbanyak di Asian Cup Woodball Championship 2025, 3 Srikandi Indonesia Belum Puas dan Mau Catat Sejarah Baru

Jelang Peringatan HUT ke-80 RI, PT KAI Ajak Penumpang Tunjukkan Sikap Hormat setiap Pukul 10.00, Nyanyikan 'Indonesia Raya' Bersama-Sama

Prakiraan Cuaca 14–18 Agustus 2025: Waspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang
