Satria Dewa Gatotkaca Buktikan Saatnya Jagoan Lokal Unjuk Gigi
Kisah Gatotkaca sudah bisa disaksikan di layar lebar. (Instagram @gatotkaca_official)
JADI, Pandawa dan Kurawa itu nyata? Begitu tanya Yudha (Rizky Nazar) ketika coba menyelidiki pembunuhan berantai bahkan mengakibatkan ibunya tewas. Makin dalam menyelisik, Yudha makin mafhum penyebab kematian sang ibu, Arimbi (Sigi Wimala), dan beberapa korban lain lantaran dendam lama leluhur mereka.
Baca juga:
Intip Nih Teaser Kedua film Satria Dewa Gatotkaca, Ada Adegan Laganya
Kelak, dari hasil perburuannya terhadap pelaku pembunuhan ibunya, Yudha akan mengerti apa fungsi medali Brajamusti hasil penemuannya. Dengan medali tersebut, Yudha bakal menyandang bintang di dadanya sehingga memiliki kekuatan super untuk menghantam musuhnya.
Menarik pertentangan antara Kurawa dan Pandawa di masa silam kemudian dihubungkan dengan persoalan manusia di masa kini menjadi struktur utama bangunan cerita film Satria Dewa Gatotkaca.
Film garapan sutradara Hanung Bramantyo tersebut menjadi pembuka dari Semesta ‘Satria Dewa’ bagian pertama. Dalam menggarap film tersebut, Hanung Bramantyo mengungkap kesulitan selain membuat ceritanya menjadi aktual juga menghadirkan tata visual apik dan modern.
Baca juga:
Dibilang Mirip Captain Marvel, Hanung Bramantyo: Bintang Jadi Simbol Gatotkaca Sejak Lama
"Lebih dari 500 titik dalam film harus dikerjakan lewat proses CGI memakan waktu panjang. Belum lagi bagian pertempuran seru harus dibuat dengan detail agar penonton bisa menikmati serunya cerita dari film Satria Dewa: Gatotkaca," kata Hanung, seperti dilansir Antara.
Dalam penggarapan Computer Generated Imagery (CGI) pihaknya bekerja sama dengan Lumine Studio nan telah berpengalaman dalam proyek film animasi berskala internasional.
Tak bisa dipungkiri jika film tersebut mengambil inspirasi dari kisah pewayangan meski telah dikemas seaktual mungkin agar dapat diterima seluruh masyarakat masa kini. Kisah pewayangan, lanjut Hanung, bukan sekadar dilihat wujud atau sosok para tokoh-tokohnya melainkan nilai filosofis kehidupan manusia di dalamnya, termasuk tentang bagaimana hubungan antartokoh wayang.
"Wayang itu lahir karena nilainya bagus banget, nilai-nilai falsafah sangat berpengaruh pada hidup manusia," papar Hanung.
Melalui film tersebut, para penonton disuguhkan superhero lokal nan tak sebatas memiliki ilmu atau kekuatan super pada masing-masing tokoh, melainkan pula nilai filosofis tentang hidup.
View this post on Instagram
Selain Gatotkaca, Indonesia juga memiliki sosok superhero lokal lainnya akan mulai menghiasi perfilman tanah Air. Setelah diawali dengan Gatotkaca, semesta Satria Dewa akan dilanjutkan dengan beberapa film superhero lainnya, seperti Arjuna, Yudhistira, Baratayudah, Bima, Nakula & Sadewa, Srikandi, hingga Kurusetra.
Selain semesta Satria Dewa, Industri perfilman tanah air juga akan dimeriahkan superhero dari Bumilangit Cinematic Universe (BCU). Semesta BCU telah memulai kisahnya dengan film Gundala pada 2019, lalu akan dilanjutkan dengan kisah Merpati, Sri Asih, Godam, Si Buta dari Gua Hantu, Aquanus, Mandala, Tira, Virgo, hingga Camar. (Ref)
Baca juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Rekomendasi Deretan Film Natal yang Bikin Liburan Akhir Tahun Makin Hangat
Aktor 'It: Chapter Two' James Ransone Meninggal Dunia, Bunuh Diri di Usia 46 Tahun
Amazon Teken Kontrak dengan Netflix, James Bond Ikut Pindah Rumah
Disutradarai Baim Wong, Christine Hakim Karakter Utama dalam Film ‘Semua Akan Baik-baik Saja’
'The Super Mario Galaxy Movie' Tayang 2026, Mario Bertualang ke Luar Angkasa
Captain America Steve Rogers Muncul Dalam Trailer 'Avengers: Doomsday'
'Ratu Petaka': Film Thriller Dunia Modeling Debut Sutradara Gandhi Fernando Siap Tayang di 2026
Film Korea 'Boy' Tampilkan Dunia Distopia Masa Depan, Siap Tayang Januari 2026
Warner Bros Disebut-Sebut akan Tolak Tawaran Paramount, Khawatirkan Pendanaan Akuisisi
Disclosure Day, Film Sci-Fi Steven Spielberg yang Penuh Teka-teki