Sambut Idul Adha, Keraton Yogyakarta Gelar Upacara Numplak Wajik
Prosesi Numplak Wajik. (Foto: MP/Teresa Ika)
DI Yogyakarta, perayaan Idul Adha 1438 H tak hanya identik dengan kurban. Namun juga dimeriahkan dengan prosesi Numplak Wajik. Upacara ini diisi dengan pembuatan wajik.
Dalam buku "Sajen dan Ritual Orang Jawa" disebutkan Numplak Wajik merupakan ritual yang dilakukan untuk mengawali pembuatan gunungan. Ritual ini menggunakan wajik yang terbuat dari bahan ketan dan gula Jawa sebagai simbol rasa manis dan hubungan persaudaraan yang erat.
Tahun ini, upacara Numplak Wajik digelar di Panti Pareden, Kemagangan, Keraton Yogyakarta pada Rabu (30/8) sore, dan dipimpin putri sulung Raja Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi.
Prosesi dimulai seiring dengan keluarnya Putri Mangkubumi bersama beberapa abdi dalem dari tempat tinggal raja yang disebut Keraton Kilen. Putri Mangkubumi mengenakan busana kebaya tradisional dengan gaya rambut model konde gelung tengkuk. Setelah keluar dari tempat tinggalnya, sang putri segera menuju ke sebuah bangunan bernama Panti Paraden atau Omah Gunung yang berada di sudut selatan Kompleks Kemagangan.
Di sana sudah disediakan bahan-bahan pembuat Gunungan Grebeg. Abdi dalem yang mendampingi putri membawa sejumlah ubo rampe atau sesajian sebagai kelengkapan prosesi Numplak Wajik.
Tiba di Panti Paraden, doa bersama pun digelar sebagai pembuka prosesi. Doa dipimpin seorang tokoh agama atau kaum. Usai berdoa, Putri Mangkubumi menumplakkan atau memindahkan wajik di atas papan kayu berbentuk lingkaran. Selanjutnya, wajik berbentuk seperti kerucut itu dibungkus kain, lalu dikurungi dengan kayu kerangka gunungan.
Acara diakhiri dengan pembagian dlingo bangle yang diparut, kemudian dibagikan kepada seluruh abdi dalem dan warga yang hadir. Dlingo bangle atau boreh ini dipercaya bisa menolak bala dan menolak kesialan.
GKR Mangkubumi menjelaskan prosesi Numplak Wajik rutin dilakukan setiap tahun sejak zaman dahulu. Budaya ini tetap dilestarikan dan dilakukan hingga sekarang. "Tujuannya untuk meminta keselamatan dan pangestu supaya segala proses (pelaksanaan Idul Adha) berjalan baik," kata wanita yang juga menjabat sebagai ketua KADIN DIY ini.
Setelah prosesi Numplak Wajik selesai, para abdi dalem akan mulai merias dan membuat tujuh buah Gunungan Grebeg. Gunungan ini akan dikirab pada Sabtu (2/9) pagi dimulai dari Ngeben Keraton Yogyakarta. (*)
Berita ini merupakan laporan dari Teresa Ika, kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Baca juga berita lainnya pada artikel Grebeg Pasa Masih Jadi Primadona Masyarakat.
Bagikan
Berita Terkait
Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak
Kalender Jawa Februari 2025: Lengkap dengan Weton, Pasaran, serta Tanggal Islam
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles
Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Asal Usul Malam Satu Suro dan Kegiatan yang Baik untuk Dilakukan
Mengenal Prosesi Siraman dan Maknanya dalam Adat Jawa