Sains Sebut Suporter Sepak Bola Senang Nyanyi Demi Identitas Sosial


Suporter sepak bola memiliki kelakuan sama.(Foto: Unsplash/Fleur)
MULAI dari melompat ke atas meja sampai membuka baju, para penggemar sepak bola memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan dukungan dan rasa cinta terhadap tim kesukaan. Ketika semesta sedang berpihak padanya dan tim favoritnya mengalami kekalahan, mereka pun bisa kecewa, menangis, bahkan bertengkar.
Mengutip Daily Mail, para peneliti telah mengaitkan sains di balik perilaku-perilaku para suporter bola, salah satunya adalah menyanyi bersama.
It's Coming Home, lagu garapan Baddiel dan Skinner pada 1996 silam terus terdengar selama final Euro 2020. It's Coming Home hanya salah satu dari sekian banyak lagu-lagu yang dinyanyikan berulang kali ketika ada pertandingan sepak bola, dan ini tidak hanya terjadi pada Euro 2020 saja. Hampir di setiap pertandingan sepak bola ada nyanyian-nyanyian kompak dari para penggemar.
Baca juga:
Department of Cognitive, Perceptual and Brain sciences di University College London, Daniel Richardson memberikan penjelasan ilmiahnya. Ia mengatakan nyanyian merupakan salah satu cara untuk mengubah identitas sosial mereka.
"Ketika menonton di stadion sepak bola, kita bernyanyi atau berpakaian sama, kita akan memutar tombol pada bagian identitas diri sendiri yang terhubung dengan kelompok yang lebih besar," ungkapnya kepada Naked Scientists.

Ketika bernyanyi bersama, suasana hatimu membaik, dan detak jantungmu akan tersinkronasi di dalam kelompok, sehingga memperkuat ikatan dalam kelompok. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang suka memukul drum bersama-sama.
"Bernyanyi dan memukul drum dengan berirama adalah tentang menciptakan ikatan dalam komunitas, apalagi jika dilakukan dengan sinkron," ungkap antropolog Inggris di University of Oxford, Robin Dunbar.
Baca juga:
Hindari Penggunaan Ponsel Pintar pada Saat-saat Penting Ini!
Kegiatan-kegiatan ini mampu "menendang" sistem endorfin di dalam otak, sehingga membuat kita merasakan efek bagaikan mengonsumsi morfin. Efeknya kamu akan merasa terikat kepada orang yang melakukan tindakan sama. Musik bisa menjadi social lubricant yang mencairkan suasana, termasuk di stadion Wembley yang berisikan 50 ribu penggemar.

Selain bentuk pengekspresian diri bahagia, kesedihan juga menimpa mereka yang mendukung tim kalah. Meski begitu, ada juga sisi baiknya dari kekalahan ini. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Journal of Social Psychology, laki-laki lebih nyaman untuk mengekspresikan kesedihannya melalui olahraga. (shn)
Baca juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Mirisnya Nasib Raheem Sterling di Chelsea, Terpaksa Latihan Sendiri di Malam Hari

Prime Video Bikin Gebrakan Baru, Nonton Liga Champions Jadi Terasa Lebih Nyata!

Sudah Siap 'Menderita', Ernesto Valverde Sebut Arsenal Favorit Juara Liga Champions

Hakan Calhanoglu Mau Tinggalkan Inter Milan, Cristian Chivu Bakal Hadang Kepergiannya

Frenkie De Jong Siap Kembali Bela Barcelona, Lamine Yamal Masih Absen

Mikel Arteta Makin Pede, Mau Ubah Sejarah Arsenal Lewat Trofi Liga Champions

Misi Kemanusiaan Berlanjut, Timnas Norwegia Sumbangkan Keuntungan Laga Lawan Israel untuk Gaza

Pemain Sudah Ragu, Petinggi Manchester United Masih Percaya dengan Ruben Amorim

Jangan PHP Terus! Barcelona Yakin Bisa Kembali ke Spotify Camp Nou Akhir September

Jelang Lawan Athletic Bilbao di Liga Champions, Bukayo Saka dan Kai Havertz Masih Absen?
