Rektor ISI Denpasar Akui Ada Anak Muda yang Minder Jadi Orang Indonesia
Penampilan tari Bali dalam pertunjukan budaya Padma Hrdaya (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
MerahPutih.Com - Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar M.Hum menilai keunggulan dalam kebudayaan merupakan diplomasi yang mampu menumbuhkan kebanggaan menjadi orang Indonesia di kancah dunia.
"Kekurangan yang terlalu banyak mengemuka dalam setiap kegiatan diskusi tentang Indonesia justru membuat anak Indonesia selalu pesimistis dan tidak bangga menjadi orang Indonesia," katanya di Denpasar, Selasa (1/8).
Oleh karena itu, Indonesia perlu menunjukkan keunggulan yang dimiliki untuk memperkuat diplomasi di pentas dunia yakni budaya Indonesia yang sudah banyak mendapatkan pengakuan dunia, apalagi menyambut HUT ke-72 Kemerdekaan RI.
"Candi Borobudur sebagai produk budaya Indonesia telah masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia, sistem pertanian tradisional Bali yakni Subak dan sembilan genre tari Bali juga sudah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia," katanya.
Bahkan, gamelan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali, kini sudah menjadi program unggulan di berbagai universitas ternama di Amerika, Eropa dan Jepang.
"Jika kita semua sadar tentang kondisi keunggulan bangsa kita itu, maka akan dapat dijadikan sumber diplomasi yang handal untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai negara adibudaya," ujarnya.
Menurut dia, seni dapat dijadikan media diplomasi yang handal untuk meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia agar generasi muda Indonesia memiliki kebanggaan dan harga diri.
"Untuk itu, ISI mengusulkan program-program yang mengusung label diplomasi budaya lebih diintensifkan secara berkesinambungan," ujar Gede Arya Sugiartha.
Dalam kaitan ritual, katanya, seni dapat difungsikan sebagai media persembahan, tentu dengan dikemas dalam bentuk yang sederhana dan ditandai dengan ekspresi simbolik.
"Dalam kegiatan ritual, seni itu bukan hiburan bagi semua orang yang hadir untuk menonton, namun sebagian dari ritual tersebut dilakoni dengan penuh khidmat dan keyakinan," katanya.
Hikmah yang penting bagi manusia dalam konteks ritual adalah ketentraman, kenyamanan, ketenangan batin serta menumbuhkan kegairahan dalam kebersamaan, yakni semacam energi positif yang dapat memotivasi umat manusia untuk selalu bangkit.
"Seni dalam upacara ritual adalah peristiwa penghayatan tatanan bersama yang niscaya berdaya guna dalam kehidupan kolektif," ujar Gede Arya Sugiartha.(*)
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Pengusaha Desak Pemerintah Atur Airbnb, Bisa Contoh Singapura
Red Flag, Kasus HIV/AIDS Denpasar Tembus 17 Ribu Terbanyak Usia Produktif
Bali Bakal Kendalikan Investor Asing, Rental Kendaraan dan Villa Bakal Ditertibkan
Waspada Potensi Banjir Rob di 7 Pesisir di Bali pada 5-9 November
Viral Lift Rp 200 Miliar di Tebing Pantai Kelingking Nusa Penida, DPR Minta Proyek Tak Rusak Alam
Pemerintah Salahkan Undang-Undang Cipta Kerja Bikin Mudahnya Alih Fungsi Lahan di Bali
Akhirnya Pengelola GWK Hancurkan Tembok Pembatasan Yang Halangi Akses Warga
5 Pesisir di Bali yang Berpotensi Alami Banjir Rob pada 7-11 Oktober
2 Maskapai China dan Korea Anyar Terbang ke Bali, Wisatawan Diharapkan Makin Banyak
Basarnas Perluas Pencarian WNI Inggris Diduga Hanyut di Pantai Legian, Lewat Jalur Laut dan Udara