Referendum Kurdistan, PM Haider Al-Abadi Serukan Persatuan dan Dialog


Warga mengikuti sebuah unjuk rasa mendukung referendum kemerdekaan Kurdi Irak di depan Palais des Nations di Jenewa, Swiss, Minggu (10/9). (ANTARA FOTO/REUTERS/Pierre Albouy)
MerahPutih.com - Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menyerukan diadakannya pembicaraan dengan para pemimpin Kurdi mengenai referendum kemerdekaan Wilayah Semi-Otonomi Kurdistan.
"Saya menyeru para pemimpin Kurdi untuk datang ke Baghdad guna memulai dialog dan kita harus memberi perhatian pada mereka yang berusaha meningkatkan langkah rasisme," kata Al-Abadi dalam satu taklimat setelah pertemuan mingguan kabinetnya, Selasa (12/9).
"Dewan Menteri adalah untuk semua orang Irak, dan kalian adalah warga kelas satu. Berhati-hati lah agar tidak terseret ke dalam bujukan yang akan menyia-nyiakan apa yang telah dicapai," demikian peringatan Al-Abadi.
Al-Abadi menolak pemberlakuan status quo secara paksa dari satu pihak.
"Sekali lagi saya menekankan pada persatuan dan perlunya dialog," kata Al-Abadi, sebagaimana dikutip Xinhua.
Ia menambahkan, referendum tidak konstitusional. Pada Selasa pagi, Parlemen Irak melakukan pemungutan suara untuk rancangan peraturan yang menolak referendum kemerdekaan Kurdistan dan menugaskan Al-Abadi untuk memelihara persatuan Irak dan memulai dialog serius guna menangani masalah yang mengganjal antara Baghdad dan Wilayah Kurdi.
Hoshyar Zebari, tokoh utama Kurdi dan mantan menteri luar negeri dan keuangan Irak, sebelumnya mengatakan dalam satu wawancara dengan Xinhua bahwa referensum akan diselenggarakan pada 25 September, setelah semua lembaga resmi di wilayah tersebut menyelesaikan persiapan mereka dalam semua bidang keamanan dan logistik.
Pada 7 Juni, Presiden Kurdi Masoud Barzani mengumumkan keinginannya untuk menyelenggarakan referendum mengenai kemerdekaan Wilayah Kurdi dari Irak pada 25 September.
Kemerdekaan Wilayah Kurdi diperkirakan akan ditentang oleh beberapa negara sebab itu akan mengancam keutuhan wilayan Irak dan proses tersebut dilakukan saat pasukan Irak memerangi aksi teror, termasuk kelompok garis keras IS.
Selain itu, negara tetangga Irak --Turki, Iran dan Suriah-- memandang langkah tersebut akan mengancam keutuhan wilayah mereka, sebab lebih banyak orang Kurdi tinggal ke negara-negara itu. (*)
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Militan Syiah Irak Ancam Serang Pangkalan Militer AS Jika Ikut Campur Konflik Israel-Iran

Dramatis, Timnas Yordania Singkirkan Irak

Daftar 16 Tim yang Lolos ke 16 Besar Piala Asia 2023, Termasuk Timnas Indonesia

Irak Menang atas Timnas Indonesia 5-1 pada Kualifikasi Piala Dunia
