Pusat Koordinasi Pemantauan Gencatan Senjata Bakal Berkantor di Isreal, Komite Teknokrat Bakal Kelola Gaza


Ilustrasi Jalur Gaza tinggal puing-puing akibat serbuan Israel sejak Oktober 2023. /ANTARA/Anadolu/py
MerahPutih.com - Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani dokumen komprehensif mengenai gencatan senjata di Gaza di saksikan berbagai kepala negara dan pemerintah dan Lembaga tinggi dunia, termasuk Presiden Prabowo Subianto.
Dengan kesepakatan tersebut, pusat koordinasi untuk memantau pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza akan mulai beroperasi dalam beberapa hari ke depan
Dilansir ABC News, mengutip dua pejabat AS, media itu menyebutkan bahwa pusat koordinasi tersebut akan dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan berbasis di Israel. Seorang letnan jenderal AS yang identitasnya belum diumumkan akan menjadi kepalanya.
Pusat koordinasi itu tidak akan ditempatkan di pangkalan militer Israel guna menjamin keterbukaan bagi perwakilan negara-negara lain yang terlibat dalam upaya rekonstruksi Gaza.
Baca juga:
Berdasarkan kesepakatan itu, gerakan perlawanan Palestina, Hamas, harus membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup dan ditahan sejak 7 Oktober 2023.
Kantor Media Tahanan Palestina menyebutkan bahwa Israel telah membebaskan 1.718 tahanan Palestina di Gaza serta 250 narapidana yang menjalani hukuman panjang.
Rencana perdamaian di Jalur Gaza yang terdiri atas 20 poin itu diumumkan oleh Trump pada 29 September lalu.
Dokumen tersebut menyerukan penghentian segera pertempuran dengan syarat pembebasan seluruh sandera dalam waktu 72 jam setelah kesepakatan tercapai.
Rencana itu juga menegaskan bahwa Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak akan dilibatkan dalam pemerintahan Gaza.
Pengelolaan wilayah kantong itu akan diserahkan kepada komite teknokrat di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin oleh Trump.
Sementara itu, Prancis akan bekerja sama dengan Mesir untuk menggelar konferensi internasional mengenai rekonstruksi Gaza dan bekerja sama dengan mitra lainnya dalam membentuk pasukan penjaga stabilitas di bawah mandat PBB.
Saat berpidato di hadapan Majelis Nasional, Rabu, Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menggambarkan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dicapai pekan lalu sebagai “sebuah langkah penting,” namun memperingatkan bahwa “hal itu masih rapuh.”
“Gaza masih belum damai,” tegasnya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Bantuan ke Gaza Masih Dibatasi, Sesuai Perjanjian Gencatan Senjata 600 Truk Bantuan Harus Masuk Setiap Hari

Israel Masih Ogah Buka Perbatasan Rafah, Bantuan ke Gaza Tidak Bisa Lewat

Tentara dan Tank Israel Masih Bertahan Sekitar RS Indonesia di Gaza

Pusat Koordinasi Pemantauan Gencatan Senjata Bakal Berkantor di Isreal, Komite Teknokrat Bakal Kelola Gaza

Trump Umumkan Fase 2 Gencatan Senjatan di Gaza, Bakal Bentuk Pemerintahan

WHO Nyatakan 15 Ribu Korban Serangan Israel di Gaza Butuh Segera Operasi Amputasi

Menlu Bantah Prabowo Marah Karena Pemberitaan Media Soal Kunjungan ke Israel

Tiba di Indonesia Usai KTT Perdamaian Gaza, Prabowo Yakin Capai Perdamaian Keseluruhan

Presiden Prabowo Sudah Bilang Siap! Gaza Tunggu Kedatangan Pasukan Garuda

Prabowo Subianto Tegaskan Gencatan Senjata KTT Gaza Awal Perdamaian Menyeluruh di Palestina
