Psikolog : Beban Belajar Bisa Bikin Anak-Anak Gila

Ana AmaliaAna Amalia - Kamis, 27 November 2014
Psikolog : Beban Belajar Bisa Bikin Anak-Anak Gila

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Pendidikan- Masa anak-anak merupakan masa bersenang-senang dan bermain. Tumbuh kembang anak akan menjadi orang seperti apa di masa depan sangat dipengaruhi masa kecilnya. Peran orangtua memang sangat berpengaruh dalam menentukan masa depan sang anak, karena itu kebanyakan orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal untuk anak-anaknya.

Memberikan pendidikan terbaik merupakan cara orangtua merencanakan masa depan anak sejak dini. Memilih sekolah bonavit, membawanya ketempat les tambahan pelajaran, hingga mengasah kemampuan anak dengan les musik, bahasa, tari, bela diri dan sebagainya dilakukan banyak orang tua zaman sekarang.

Tapi tahukah anda memberikan terlalu banyak aktifitas belajar kepada anak dapat berdampak sangat buruk bahkan Fatal?. Hal ini terjadi pada seorang anak berusia enam tahun yang masuk rumah sakit jiwa karena diduga stres menghadapi banyak antifitas pelajaran yang diberikan orang tuanya.

Anak malang itu dikabarkan hanya berbicara mengenai pelajaran saja, seperti matematika dan bahasa Inggris, sang ibu pun hanya bisa menangis melihat perilaku putri kecilnya itu.

Kabar tersebut memang masih simpang siur kebenarannya, karena hanya beredar dari media sosial. Terlepas benar atau tidak, orang tua seharusnya tidak bisa memaksaan anak yang masih berusia dini untuk belajar terus-menerus.

Menaggapi hal ini Dosen Psikologi Universitas Indonesia, Eko Handayani (38) menuturkan pendapatnya. Menurutnya Fase pertumbuhan anak usia dini memiliki tahapan yang berbeda-beda. Setidaknya, mengikuti perkembangan umurnya, kemampuan dan kecepatan seorang anak untuk memahami sesuatu tidak semuanya sama. Lalu, bagaimanakah cara mendidik anak? Berikut ini ulasan dari Psikologi UI Eko Handayani;

Tahapan Mendidik Anak

Cara mendidik anak usia dini berdasarkan fase pertumbuhan, terbagi dalam berapa tahapan.
Pertama, anak Usia 0-1 Tahun. Saat baru dilahirkan, peran Ibu dalam mengasuh merupakan salah satu cara mendidik anak usia dini. Mengajarkan bayi untuk dapat minum susu, baik dari ASI maupun dari botol, merupakan pola didikan yang alami.
Anak akan terbiasa untuk minum secara teratur dari botol. Begitu pula saat mulai masuk ke proses tengkurap, berguling bahkan duduk dan berdiri, cara mendidik anak usia dini ini lebih banyak membutuhkan stimulus dan dorongan dari orang tua dan lingkungannya.

Kedua, anak usia 2-3 Tahun. Saat anak usia ini mereka umumnya sudah bisa bertanya ini dan itu. Cara mendidik anak usia dini fase ini adalah dengan membantu mereka lebih mengenal lagi lingkungan di sekitarnya. Mempekenalkan benda yang boleh dipegang dan yang berbahaya merupakan salah satu cara mendidik anak usia dini ini. Perlunya kesabaran dan ketelatenan bagi orangtua dalam menjawab pertanyaan dan mengarahkan mereka dalam sesuatu hal yang baru.

Ketiga, anak Usia 3-6 Tahun. Untuk umur tiga hingga 6 tahun adalah masa-masa dimana anak sudah mulai diperkenalkan dengan pendidikan formal dasar. Mulai dari Play Group atau taman bermain, lalu Taman Kanak-kanak dan kemudian menjelang masuk Sekolah Dasar (SD). Ingat, jangan membentak anak. Jangan memukul anak, dan jangan mendikte anak, edukasi tetap harus dilakukan dengan fun, karena dunia anak itu dunia yang menyenangkan, jelas dosen yang juga mempunyai seorang putra itu.

Dunia Anak adalah Dunia Main dan Imajinasi
Lalu, bagaimanakah cara merancang masa depan si buah hati? Ada orangtua yang kadang malah mengekang anak dengan terus-terusan menyuruhnya belajar. Ingat, dunia anak adalah dunia permainan dan imajinasi. Bebaskan mereka dan berilah kepercayaan agar suatu saat anak tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas.

Untuk itu orangtua harus dapat merancang pendidikan untuk anak mereka. Anak usia dini hanya mengenal kata bermain. Untuk itu orangtua haruslah memiliki kepandaian dan tingkat kreatifitas yang tinggi untuk meramu materi pelajaran yang hendak diberikan kepada anak mereka.

Dilihat dari usia dan perkembangannya, seharusnya orangtualah yang paling tahu betul kebutuhan sang anak. Jika hanya berprinsip pendidikan adalah segalanya, kasus stres pada anak di usia dini akan terus bertambah.

#Fasilitas Sekolah
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
Ini Alasan DPR RI Minta Gubernur Jabar Kaji Ulang Aturan Jam Masuk Sekolah Pukul 06.00 WIB
Kenyamanan dalam belajar juga tidak terpikirkan
Angga Yudha Pratama - Selasa, 03 Juni 2025
Ini Alasan DPR RI Minta Gubernur Jabar Kaji Ulang Aturan Jam Masuk Sekolah Pukul 06.00 WIB
Indonesia
DPRD DKI Minta Sekolah di Jakarta Transparan Soal Aliran Dana Uang Sewa Kantin
Jika memang ada aturan yang menyatakan kantin sekolah itu gratis, dirinya sepenuhnya mendukung
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 November 2024
DPRD DKI Minta Sekolah di Jakarta Transparan Soal Aliran Dana Uang Sewa Kantin
Indonesia
PSI DKI Pertanyakan Mandeknya Realisasi Anggaran untuk Rehabilitasi 27 Gedung Sekolah
Proses belajar mengajar di sekolah yang harusnya direhab menjadi terdampak
Angga Yudha Pratama - Senin, 29 Juli 2024
PSI DKI Pertanyakan Mandeknya Realisasi Anggaran untuk Rehabilitasi 27 Gedung Sekolah
Lifestyle
Playhouse Academy Perkenalkan Layanan Pengembangan Anak Terintegrasi
Playhouse Academy memperkenalkan Child Development Center untuk anak-anak dengan neurodivergent.
Soffi Amira - Rabu, 07 Februari 2024
Playhouse Academy Perkenalkan Layanan Pengembangan Anak Terintegrasi
Bagikan